S.ecip, Tanamkan ‘Modal’ Bagi Perkembangan ‘Fajar’

Buku ini dibuka dengan Pengantar Editor Prof.Dr.H.Firdaus Muhammad, M.A., dengan judul “Mata Elang Guru Jurnalis, Akademis, dan Penulis. Puisi D.Zawawi Imron berjudul “Dalam Hutan ‘Bersama Sinansari ecip’. D.Zawawi Imron menulis begini.

/Hutan ini mengajarkan harmoni/Bagaimana angin membisiki daunan/Dan burung pun berkicau tanpa lidah yang keseleo/Selintas hanya menyanyikan lagu yang sudah-sudah/Padahal itu ada maksudnya/Ada maksudnya/
/Jangan bicara soal waktu di sini/Kita di luar hari dan tahun/Inilah sediakala, inilah purbakala/Engkau dan aku sama-sama telanjang/Tanpa kebutuhan syahwat/Makanya sujud menjadi indah/
/Di atas seni dan filsafat/Karena yang tiga bukan yang empat/Dan hidup bukan sekadar bermain sempat/Itulah perlunya zikir dan doa/
/Detik-detik berjalan sangat perlahan/Sangat perlahan/Kita nikmati persaudaraan/Sehingga tak ada bedanya/Jauh dan dekat/Allahu Akbar/
/Fitrah ini Bagai hamparan kisah/Yang menuju keabadian/Ada sejuta semoga dalam Amin/.

Selain puisi Zawawi Imran, juga pada halaman Romawi terdapat karya Evu Hudriyah berjudul “Seuntai Doa” dan kalam “Terima kasih, Pak ecip” oleh Hayati Nufus, S.Sos, M.Si., mantan Asisten Ahli Kelembagaan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) 2007-2008 dan Area Manager Bank BRI Syariah Kantor Pusat 2008-2019.

BACA JUGA:  Cerita di Balik Syuting Program Inspirasi Indonesia TVRI Pusat di Desa Paddinging, Kabupaten Takalar

Maysir Yulanwar yang ditugasi sebagai perancang sampul dan tata letak isi menitipkan “kekalahan kita di depan hujan, sering karena diserang kenangan. Kemenangan kita di depan ujian, sering karena diserang harapan”.

Buku ini merupakan persembahan sahabat, murid, dan kolega bagi jurnalis senior ini dalam usianya 83 tahun Prof Firdaus Muhammad, membagi dua bagian isi buku ini. Pertama, memuat autobiografi singkat, ditulis Pak ecip. Bagian kedua berisi 40 tulisan dari murid, sahabat, dan kolega.

“Proses penyusunan buku ini memakan waktu hampir dua tahun, sejak 2024 hingga 2025. Banyaknya naskah yang masuk membuat proses seleksi dan penyuntingan berlangsung panjang.

Bahkan peluncuran sempat tertunda,” ujar Prof. Firdaus Muhammad yang kemudian mengajak yang hadir membacakan surah Al Fatihah untuk almarhum dua penulis Dr. Abdul Halik dan Dr. Aswar Hasan yang telah berpulang.

Peluncuran di Harian “Fajar” sebut Prof Firdaus, sebagai pilihan tepat
karena di media ini menyita ruang waktu yang panjang dalam perjalanan hidup Pak ecip. Pak ecip telah terlibat di harian ini sejak awal, di Jl.Achmad Yani, Racing Center, hingga Graha Pena. Dari tiga tempat itulah banyak wartawan lahir dari tangan dingin Pak ecip.

BACA JUGA:  Alam Sekadar Alat Pemuas Hasrat

Pak ecip tidak dapat menyembunyikan rasa haru atas peluncuran di saat usianya kian senja. Seiring dengan bertambahnya usia, banyak hal yang terlupakan oleh Pak ecip. Namun kenangan itu muncul kembali melalui tulisan para sahabat, teman, dan murid-murid yang menulis di dalam buku ini.

br