Remaja Jadi Pembunuh, Bukti Kegagalan Negara

Oleh: Sukmawati Umar (Aktivis Dakwah)

NusantaraInsight, Makassar — Kepolisian Resor Penajam Paser Utara (PPU) Kalimantan Timur, mengungkap kasus pembunuhan oleh seorang remaja berinisial J (16 tahun) terhadap satu keluarga berjumlah lima orang. Diduga motif pembunuhan yang terjadi di Desa Babulu Laut, Kecamatan Babulu karena persoalan asmara dan dendam pelaku terhadap korban. Antara pelaku dengan korban saling bertetangga.
“(Pelaku) Remaja berusia 16 tahun berinisial J, pelaku masih di bawah umur kelas 3 SMK, 20 hari lagi baru usianya 17 tahun,” terang Kapolres PPU AKBP Supriyanto saat dikonfirmasi, Kamis (REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA 8/2/2024).

Kejadian mencengangkan dan diluar nalar kembali terjadi, dimana seorang remaja tega menghabisi nyawa satu keluarga bahkan dua diantaranya sempat diperkosa setelah dibunuh. Mirisnya lagi pelaku adalah seorang remaja yang seharusnya masih sibuk bermain dengan teman sebayanya, masih sibuk dengan tugas sekolahnya, tapi ini tega menghabisi nyawa satu keluarga.

Gagal

Kasus ini merupakan salah satu potret buram pendidikan Indonesia yang gagal mewujudkan siswa didik yang berkepribadian terpuji dan tega melakukan perbuatan sadis dan keji. Negara telah gagal mewujudkan profil pemuda yang berkepribadian mulia dan bernalar kritis. Juga belum matangnya proses berfikir pada anak yang tampak dari keputusan membunuh korban. Kasus ini secara tidak langsung telah menunjukkan kegagalan sistem pendidikan dalam membangun kerangka berfikir. Akibatnya, anak yang seharusnya tumbuh dan mengembangkan nilai-nilai kebaikan, justru memiliki perilaku yang buruk bahkan membahayakan kehidupan sesamanya.

BACA JUGA:  Stabil: Peringkat Kredit Indonesa

Lemahnya Sanksi

Di negara ini disebut sebagai negara hukum yang dimana setiap pelanggaran akan dikenakan sanksi, hanya saja masih terkategorikan lemah dalam memberikan sanksi kepada setiap pelaku kriminal. Faktanya bahwa negara ini lemah terhadap sanksi, karena masih merajalelanya kriminal-kriminal bahkan anak yang masih dibawah umur pun mampu melakukan kejahatan yang sangat diluar nalar. Banyak kejadian yang terus berulang dan berulang dan berulang lagi semua karena tidak adanya hukum yang membuat mereka jera sehingga kasus terus berulang.

Sistem Islam

Berbeda dengan Masa Islam jika dibandingkan realita kehidupan saat ini sangat jauh berbeda dengan kehidupan masa peradaban Islam.
Dalam naungan Khilafah Islamiyyah, pemuda- pemudanya tumbuh dalam kemuliaan iman dan mengukir prestasi hebat dalam berbagai bidang. Diantaranya ada sosok Ali bin Abi Thalib kuncinya ilmu. Usamah bin Zaid yang pada usia 18 tahun menjadi panglima perang. Muhammad al-Fatih membebaskan Konstantinopel ketika berusia 22 tahun, dan saat masih muda sibuk menuntut ilmu. Juga ada Muhammad bin Idris yang lebih dikenal sebagai Imam Syafi’i, telah hafal Al Quran dalam usia 7 tahun dan sudah menjadi Mufti pada usia 15 tahun.