Prof Karta Jayadi, KOPI HAJI, dan Perayaan Spiritualitas

Katanya, selama di Tanah Suci, dia berupaya bisa bertemu dengan Pak Rektor, ternyata tidak bisa, karena beberapa kendala. Dia lalu menjelaskan musik dan kopi yang jadi nama acara ini. Musik, diibaratkan sebagai zikir, sedangkan puisi merupakan lafaz doanya.

Tema ini dapat dimaknai sebagai undangan Ilahi, dalam harmoni puisi dan musik, serupa zikir, yang dibawakan secara khidmat.

Gelaran acara ini, terasa istimewa karena dirangkaikan dengan perayaan milad ke-60, Prof Karta Jayadi, yang kelahiran Camba, Maros, 8 Juli 1965. Posisinya sebagai Rektor UNM ke-11, diraih dengan tidak mudah, melalui Pemilihan Rektor yang penuh dinamika.

Sebelum mendapat amanah sebagai Rektor UNM, periode 2024-2028, Prof Karta Jayadi, pernah menjadi Wakil Rektor Bidang Umum dan Keuangan, Dekan Fakultas Seni dan Desain, serta pernah pula sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa.

Saat memotong nasi tumpeng, yang merupakan surprise dari H Nasran Mone—mantan anggota DPRD Kota Makassar, tiga periode dan pernah pula jadi Ketua Sanggar Teater Merah Putih—Prof Karta Jayadi, ditemani sejumlah tokoh, seniman, budayawan, dan akademisi.

BACA JUGA:  Mengenang Abdi Tunggal “Assist”-nya Gol Lahir di Menit Pertama

Selain Nasran Mone, juga ada Moch Hasymi Ibrahim, Is Hakim, Yudhistira Sukatanya, Syamsul Bachri Sirajuddin (Daeng Ancu), Dr Arifin Manggau (Daeng Iping), Wakil Rektor 3 UNM, yang juga merupakan Ketua DKSS, serta Dr Andi Ihsan, Dekan Fakultas Seni dan Desain (FSD) UNM. Beliau mendapat ucapan selamat ulang tahun dari para sahabatnya itu.

Sesuai nama acaranya Musik dan Puisi “KOPI HAJI”, malam itu kami disuguhkan lagu-lagu beraneka genre, di antaranya lagu pop daerah Makassar, lagu nostalgia, juga lagu barat, yang dibawakan oleh Balla DKSS Band, Aksara Band, kelompok musik DE Art Studio, dan kelompok musik Ardi JK dan Uqbal.

Parade pembacaan puisi yang sarat pesan nilai, dibawakan secara apik oleh sejumlah penyair, yang membacakan karya-karyanya sendiri.

Mahrus Andis, Chaeruddin Hakim, M Amir Jaya, Moch Hasymi Ibrahim, Bahar Merdu, dan Yudhistira Sukatanya, masing-masing tampil dengan gayanya.

Puisi-puisi mereka mengandung perenungan seputar hakikat diri, hubungan dengan Tuhan Sang Maha Pencipta, bagaimana memaknai usia, dan juga mengingatkan kematian.

BACA JUGA:  Hilangnya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 dan Kisah 4 Presiden

“Seorang seniman itu mesti bisa merespons sesuatu secara spontan dan kreatif,” begitu kata Prof Karta Jayadi ketika berada di panggung.

Beliau mengaku mengoreksi catatan yang sudah dipersiapkan untuk menjawab puisi-puisi yang tadi dibacakan. Beliau bersyukur mendapat karunia, berupa naik haji melalui jalur undangan dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.