MEMPERKUAT POTENSI GEN Z DENGAN WISDOM JADUL

Gen Z
Aslam Katutu

Orang tua dulu punya prinsip: sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit. Wisdom ini menanamkan kesabaran, konsistensi, dan penghargaan pada proses. Gen Z perlu belajar bahwa kesuksesan yang bertahan lama lahir dari proses yang panjang dan kerja keras yang jujur. Jalan cepat mungkin mengantar ke puncak, tapi tanpa fondasi, puncak itu mudah runtuh.

*Rendah Hati adalah Kunci Awetnya Ilmu*
Kita hidup di era personal branding, di mana eksistensi sangat tergantung pada seberapa sering kita terlihat hebat. Namun wisdom lama mengingatkan: ilmu padi, makin berisi makin merunduk. Ini bukan sekadar pepatah, tapi prinsip hidup.

Gen Z yang penuh semangat belajar dan berkembang perlu tahu bahwa kerendahan hati tidak pernah membuat seseorang kehilangan nilai — justru menambahkannya. Dalam dunia profesional, attitude kadang lebih penting dari skill. Dalam relasi sosial, kesopanan bisa membuka pintu yang tak bisa dibuka oleh IQ setinggi langit.

*Hemat Pangkal Kaya, Sederhana Pangkal Bahagia*
Budaya konsumtif menjadi tantangan besar Gen Z. Dorongan FOMO (Fear of Missing Out), tuntutan gaya hidup, dan tren sosial media membuat banyak anak muda merasa “kurang” jika tidak mengikuti standar yang ditampilkan orang lain.

BACA JUGA:  Tarif Impor Trump

Orang tua dulu hidup dengan prinsip hemat. Mereka lebih memilih menabung daripada memamerkan, lebih memilih cukup daripada tampil mewah. Gen Z bisa belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak diukur dari barang branded, tapi dari rasa cukup, tenang, dan tahu batas. Gaya hidup sederhana bukan berarti tidak punya, tapi tahu mana yang benar-benar perlu.

*Hormati Orang Tua dan Belajarlah dari Pengalaman Mereka*
Gen Z dikenal kritis dan berani menyuarakan pendapat. Tapi kadang, keberanian itu menjadi bumerang ketika mereka menutup telinga dari nasihat generasi sebelumnya. Padahal, ada banyak kebijaksanaan yang tidak diajarkan di buku, tapi diwariskan lewat pengalaman.

Wisdom jadul mengajarkan: hormat pada orang tua membuka jalan restu hidup. Gen Z perlu tahu, bahwa tidak semua yang “kuno” itu usang. Nilai seperti sopan santun, menghargai yang lebih tua, dan mendengarkan nasihat adalah investasi hubungan yang tidak lekang oleh zaman.

*Bersyukur dan Jangan Lupa Asal Usul*
Gen Z hidup di era privilege: akses informasi, pendidikan, dan peluang sangat terbuka. Tapi justru karena terlalu banyak pilihan, kadang mereka mudah lupa bersyukur. Mudah merasa gagal hanya karena belum viral. Mudah merasa tidak cukup hanya karena belum seperti orang lain.

BACA JUGA:  Mari Membangun Desa

Orang tua kita dulu hidup dalam keterbatasan. Tapi mereka tetap kuat karena punya satu hal: rasa syukur dan tahu diri. Gen Z yang tahu berterima kasih pada proses, pada keluarga, pada tanah asalnya — akan lebih kokoh menghadapi badai hidup.