MEMPERKUAT POTENSI GEN Z DENGAN WISDOM JADUL

Gen Z
Aslam Katutu

Oleh Aslam Katutu

*Meramu Masa Depan*

NusantaraInsight, Makassar — Di tengah arus digitalisasi dan percepatan teknologi yang begitu pesat, Generasi Z atau Gen Z muncul sebagai generasi paling adaptif terhadap perubahan zaman. Mereka lahir dalam dunia yang serba instan, serba cepat, dan serba daring. Mereka fasih berbicara dengan algoritma, nyaman berkomunikasi lewat emoji, dan terbiasa menyampaikan aspirasi lewat story 15 detik. Namun, di balik kecanggihan dan kecepatan mereka, ada satu hal yang sering terlupakan: akar kebijaksanaan dari masa lalu.

Generasi sebelumnya tumbuh bersama nilai-nilai klasik: kerja keras, ketekunan, kesabaran, dan hormat pada proses. Nilai-nilai yang dulu mungkin terlihat “jadul”, tapi justru bisa menjadi fondasi kuat bagi Gen Z dalam menghadapi tantangan dunia modern. Kita tidak bisa melawan arus perubahan, tapi kita bisa menanamkan pondasi lama dalam jiwa muda yang baru.

*Belajar dari Filosofi “Sedikit Bicara Banyak Kerja*
Gen Z dikenal vokal, ekspresif, dan sangat aktif menyuarakan opini. Tapi ada kalanya, kebisingan opini tidak sejalan dengan aksi nyata. Di sinilah wisdom jadul berbunyi: sedikit bicara, banyak kerja. Bukan berarti diam atau pasif, tapi menanamkan prinsip bahwa karya nyata lebih kuat dari sekadar kata-kata.

Dalam dunia serba digital, terlalu banyak orang yang bicara soal rencana, ambisi, dan mimpi di media sosial, tapi minim realisasi. Gen Z perlu belajar bahwa diam bukan berarti kalah, dan kerja dalam senyap kadang lebih berdampak daripada teriakan kosong. Aksi adalah bukti terbaik dari kualitas seseorang.

*“Ora et Labora” — Berdoa dan Bekerja*
Di zaman orang tua kita, ada kebiasaan untuk selalu mengawali sesuatu dengan doa. Mereka meyakini bahwa usaha manusia harus selaras dengan kehendak Tuhan. Wisdom ini, meski tampak religius dan klasik, justru memberi keseimbangan antara usaha dan ketenangan batin.

Gen Z bisa sangat ambisius, mengejar target demi target, tapi mudah kelelahan mental. Mereka perlu diingatkan bahwa keseimbangan antara jiwa dan raga adalah kunci keberhasilan jangka panjang. Berdoa bukan hanya soal agama, tapi bentuk jeda, refleksi, dan kesadaran bahwa hidup tidak sepenuhnya bisa dikendalikan oleh logika atau algoritma.

*Tekun dalam Proses, Bukan Tergoda Jalan Pintas*
Salah satu tantangan besar Gen Z adalah budaya instan: viral dalam semalam, sukses sebelum usia 25, kaya karena cuan dari trading atau influencer. Tak salah mengejar sukses, tapi bahaya jika mulai menormalisasi jalan pintas dan melupakan proses.

BACA JUGA:  Uang Beredar Februari 2025