Peluang Indonesia Sebagai Aktor Moral Untuk Mediasi Iran dan Israel

*Peluang Strategis Saat Ini*

Namun demikian, justru di tengah kompleksitas itulah peluang muncul. Dunia mulai kelelahan dengan ketegangan yang tak kunjung reda. Perang bayangan antara Israel dan Iran di Suriah, Lebanon, dan bahkan di laut, membawa dampak kemanusiaan yang serius. Dalam konteks ini, Indonesia bisa menawarkan sesuatu yang tidak dimiliki negara-negara besar: suara netral yang berlandaskan prinsip-prinsip keadilan dan kemanusiaan.
Indonesia bisa memulai dengan pendekatan non-formal, melalui jalur diplomasi budaya, keagamaan, dan kemanusiaan. Misalnya, dengan mempertemukan tokoh-tokoh keagamaan dari kedua pihak dalam forum internasional, mendorong dialog antar-ulama, atau memfasilitasi pertemuan antar-NGO kemanusiaan dari kedua negara. Pendekatan ini jauh dari sorotan media, namun berpotensi membangun jembatan kepercayaan yang sangat dibutuhkan.

Selain itu, Indonesia juga dapat memanfaatkan keketuaannya atau pengaruhnya di forum-forum internasional seperti OKI, ASEAN, dan PBB untuk mendorong resolusi-resolusi damai yang inklusif dan adil. Indonesia juga dapat mendorong terbentuknya “contact group” negara-negara netral yang bertugas membuka komunikasi antara Israel dan Iran secara rahasia, mirip dengan pendekatan yang dilakukan dalam proses Oslo antara Israel dan Palestina di awal 1990-an.

BACA JUGA:  Menebar Kebaikan Tanpa Merasa Paling Benar

*Pendekatan Soft Power dan Narasi*

Islam Moderat
Indonesia memiliki satu kekuatan penting lainnya: identitasnya sebagai negara Muslim moderat yang demokratis. Di tengah arus polarisasi antara Islam politik dan sekularisme ekstrem, Indonesia membuktikan bahwa demokrasi dan Islam dapat berjalan seiring. Citra ini sangat penting di mata komunitas internasional.
Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar, tetapi juga memiliki keragaman etnis dan agama yang luas, Indonesia bisa menjadi contoh bahwa koeksistensi bukan sekadar impian. Narasi Islam yang moderat, inklusif, dan menekankan perdamaian universal dapat menjadi landasan moral dalam mendamaikan dua kutub yang keras ini: Israel dengan identitas Yahudi dan demokratisnya, serta Iran dengan kekuatan teokratis Syiah-nya.
Melalui institusi-institusi seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan organisasi sipil lainnya, Indonesia dapat menyuarakan pesan damai kepada dunia Islam maupun komunitas global. Sebuah diplomasi kultural berbasis agama bisa menjadi jembatan yang menghubungkan pihak-pihak yang selama ini saling curiga dan bersitegang.

*Aktor Moral*

Peluang Indonesia untuk mendamaikan Israel dan Iran memang tidak besar, namun bukan berarti mustahil itu bisa terjadi. Dunia membutuhkan *aktor moral* yang berani mengambil posisi netral namun aktif, tanpa didikte kekuatan besar atau terseret dalam arus ideologis yang sempit. Saat ini menyelesaikan krisis yang tengah diamuk oleh emosi dan nafsu tidak lagi dapat dilakukan dengan arogansi dan kesombongan karena merasa memiliki kekuatan yang sangat besar.