NGOPI DULU BARU MIKIR

Ngopi
Penulis Ngopi Bareng bersama Tuo Baso, pakar energi

Oleh Aslam Katutu

NusantaraInsight, Makassar — Sabtu pagi yang cerah, saya memenuhi undangan seorang Pakar Energi, Tua Baso, untuk ngobrol santai di sebuah warkop di kawasan Hertasning.

Sebelumnya, saya sempat menjawab bahwa rencana saya pagi ini adalah berjalan kaki dan bergabung dI shelter Perjaka, Komunitas Pejalan Kaki di Bukit Baruga.

Tak lama, beliau membalas dengan pesan singkat: “Menguak potensi otak lewat gelombang Beta, Gamma, Alpha, Theta, & Delta, sehingga mudah penyelarasan dengan mata batin.”

Pesan itu seakan menjawab tema sebuah buku yang tengah saya siapkan berjudul Ngopi Dulu Baru Mikir.

Akhirnya saya memutuskan untuk memadukan dua agenda tersebut: ngopi dan berjalan kaki. Saya naik ojek online menuju warkop di Hertasning, dan berencana pulang dengan berjalan kaki. Dua-duanya dapat.

Kami pun berbincang panjang tentang kopi dan potensi otak. Dari obrolan itu, muncul sebuah ide untuk membuat kanal podcast di YouTube yang akan membahas topik “Membedah Aura”. Kebetulan, istri beliau, Ibu Rini Hersini Duyo, AKP, adalah seorang akupunkturis yang berfokus pada terapi berbasis aura.

BACA JUGA:  APBN Defisit Lagi!

Semoga ide ini segera terwujud, sebagai buah dari obrolan hangat yang lahir setelah menyerupuk secangkir kopi.

Satu kekuatiran saya, akan banyak tumbuh pemikir dengan ide-ide cemerlangnya di Kota Makassar, dimana dikenal sebagai Kota sejuta warkop. Ini alasannya :

BERAWAL DARI NGOPI

Di sebuah kafe kecil di sudut kota Wina, musim dingin 1683, sekelompok pria berkumpul di meja kayu panjang. Uap panas dari cangkir-cangkir kopi hitam mengepul, bercampur aroma sangrai yang tajam.

Di luar, salju turun perlahan. Namun di dalam, obrolan menghangat, membahas mulai dari politik, filsafat, hingga misteri alam semesta. Dari percakapan seperti inilah lahir gagasan-gagasan yang kelak mengubah dunia.

Sejarah mencatat, banyak penemuan besar lahir bukan di laboratorium dingin penuh peralatan canggih, melainkan di meja kopi—tempat ide-ide melompat dari satu kepala ke kepala lain. Kopi bukan sekadar minuman pengusir kantuk. Ia adalah bahan bakar intelektual, stimulan sosial, dan katalis bagi kreativitas.

KOPI DAN SAINS

Ketika kopi mulai populer di Eropa abad ke-17, kedai kopi menjadi “universitas rakyat” — tempat ilmuwan, seniman, dan pedagang bertukar pikiran.

BACA JUGA:  Postur APBN Akhir Februari 2025

Isaac Newton, Robert Hooke, dan Edmond Halley pernah berdiskusi di The Grecian Coffee House di London. Benjamin Franklin rutin nongkrong di kafe-kafe Paris, mengobrol dengan para pemikir Pencerahan. Bahkan, teori-teori tentang listrik, gravitasi, dan tata negara lahir di tengah aroma robusta.