Menebar Kebaikan Tanpa Merasa Paling Benar

Jangan tergesa-gesa menilai diri lebih baik hanya karena kita “sudah berbuat,” dan orang lain tampak belum berubah. Tugas kita hanyalah menabur; hasilnya kita serahkan pada waktu dan kehendak Yang Maha Kuasa.

Selain itu, menyebarkan kebaikan dengan cara yang alami, bukan menggurui, membuat pesan kita lebih mudah diterima. Gunakan contoh nyata dalam tindakan sehari-hari, bukan hanya lewat kata-kata. Orang cenderung lebih tersentuh dengan kebaikan yang hidup dalam sikap ketimbang dalam ceramah. Saat orang merasakan ketulusan kita, mereka akan lebih terbuka menerima pesan kebaikan tanpa merasa dihakimi.

Akhirnya, tanamkan dalam hati bahwa tujuan kebaikan adalah untuk mengangkat martabat manusia, bukan untuk merendahkan. Setiap orang berharga, apa pun kondisi dan pilihannya. Kita menyebarkan kebaikan bukan untuk menunjukkan bahwa kita lebih baik, melainkan untuk mengingatkan bahwa setiap manusia punya potensi untuk menjadi lebih mulia.

Dengan sikap seperti ini, kebaikan yang kita bagikan akan terasa lebih murni, lebih hangat, dan lebih efektif. Kita menjadi pelayan, bukan hakim. Menjadi teman seperjalanan, bukan penguasa jalan. Dan bukankah dalam suasana yang penuh kasih dan rendah hati itulah, kebaikan benar-benar menemukan kekuatannya?

BACA JUGA:  Survey Perbankan Triwulan I/2025

Dikutip dari buku MENJADI ORANG BAIK 360’ karya Aslam Katutu