Hingga akhirnya, sejarah kembali berputar. Pilpres berikutnya membawa kabar yang dulu hanya saya bayangkan sebagai angan-angan. Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden Republik Indonesia.
Saat itu, saya kembali memutar lagu “Manusia Setengah Dewa”. Kali ini bukan sebagai doa yang penuh kecemasan, melainkan sebagai pengingat perjalanan panjang seorang pejuang yang tak pernah menyerah.
Saya teringat malam di mana saya pertama kali mengunggah lagu itu, dengan mata penuh harapan yang mungkin dianggap utopis oleh sebagian orang. Namun kini, harapan itu nyata. Indonesia akhirnya memiliki presiden yang pernah saya impikan, seorang pemimpin yang ditempa oleh kegagalan, ujian, dan waktu.
MAKNA MANUSIA SETENGAH DEWA
Sebagian orang mungkin salah menafsirkan lagu itu. “Manusia setengah dewa” bukan berarti kita mengangkat seorang pemimpin ke derajat yang tak tersentuh kritik atau salah.
Justru sebaliknya. Lagu itu adalah jeritan rakyat kepada pemimpinnya: lakukan hal-hal sederhana yang menjadi hak kami—turunkan harga, beri pekerjaan, tegakkan hukum—dan kami akan menempatkanmu di tempat terhormat dalam hati kami.
Prabowo kini berada di kursi itu. Ia bukan dewa, tidak akan pernah menjadi dewa. Tetapi jika ia mampu menjawab harapan rakyat, maka ia akan menjadi manusia yang dimuliakan oleh sejarah.
Saya percaya, perjalanan panjangnya mengajarkan banyak hal. Kekalahan mengajarinya rendah hati. Waktu memberinya kebijaksanaan. Dan kini, amanah rakyat akan mengujinya sekali lagi: apakah ia benar-benar bisa menjadi pemimpin yang memihak kepada mereka yang menaruh harapan padanya sejak lama.
SEBUAH HARAPAN BARU
Ketika saya melihat Prabowo sudah duduk di Istana Negara sebagai Presiden Republik Indonesia, saya teringat semua malam di Hambalang, semua langkah di Kertanegara, semua doa yang dipanjatkan, dan lagu yang dinyanyikan dengan sepenuh hati.
Indonesia telah memilih, dan pilihan itu kini menjadi kenyataan.
Harapan saya sederhana: semoga Prabowo tidak pernah lupa pada rakyat yang menaruh kepercayaan padanya, semoga ia benar-benar menegakkan hukum tanpa pandang bulu, memulihkan harga kebutuhan rakyat, menciptakan lapangan pekerjaan, dan menjaga negeri ini dari ancaman dalam dan luar negeri.
Jika semua itu ia lakukan, maka lagu “Manusia Setengah Dewa” bukan hanya akan menjadi sebuah lagu, melainkan menjadi catatan sejarah tentang seorang pemimpin yang pernah dicintai dan diharapkan oleh bangsanya.
Dan malam ini, sekali lagi saya memutar lagu itu. Kali ini saya tidak menyanyikannya sendiri. Jutaan rakyat di seluruh negeri mungkin sedang menunggu nada yang sama: nada yang lahir dari harapan, dari keyakinan, dan dari cinta kepada negeri ini.