Para pengendara yang dari arah barat dan timur Jl. Urip Sumoharjo sebenarnya jika ingin diakomodasi dan difasilitasi dapat disediakan “on ramp” di ujung barat dan timur jembatan layang (fly over).
Begitu pun bagi yang mau ke dan dari pelabuhan dan bandara dapat dibuat “on ramp” (akses masuk) dan “off ramp” (pintu keluar) di barat dan timur jembatan layang.
Saya berpikir, mengapa tidak sedikit “meniru” simpang Semanggi Jakarta yang memungkinkan pengguna jalan dari arah barat dan timur Jl. Urip Sumoharjo juga merasakan kehadiran jalan tol layang ini? Jika sedikit meniru Semanggi, kehadiran jalan tol layang ini jelas akan lebih maksimal lagi menyelesaikan kemacetan di jalan arteri. Apa hendak diperbuat, jalan tol layang ini sudah selesai dan sudah dipakai.
Marilah kita hitung berapa banyak kendaraan yang menikmati “jalan layang di udara” ini ke depan.
Lalu kita tengok simpang lima bandara. Jalan “underpass” di simpang lima ini juga fungsinya tidak maksimal. Kendaraan yang lurus di bawah hanya yang khusus ke dan dari Makassar-Maros. Angkutan umum banyak yang melintas di atas, menciptakan kemacetan di sana karena penumpang rata-rata menunggu di atas sebelah kiri jalan ke Maros atau di sebelah kanan yang dari Maros.

Simpang lima ini sejatinya membuat pengguna jalan ke dan dari bendara yang melalui jalan tol tidak perlu berhenti, sehingga harus ada ruas jalan layang di atasnya. Karena tidak tersedia jalan layang, kendaraan dari dan ke bandara harus ikut menunggu pergantian lampu “traffic light”.
Jadi nasib simpang lima ini tidak maksimal mengurai kemacetan arus lalu lintas.
Dan tidak maksimalnya kehadiran jalan layang Petta Rani dan Simpang Lima Bandara merupakan cermin perencanaan pembangunan yang tidak komprehensif fungsinalitas kehadirannya.
Perencanaan yang tidak berorientasi ke depan, hanya untuk masa kini. Kita bisa bayangkan, kendaraan bermotor yang saban hari, bulan, dan tahun terus bertambah, berhadapan dengan pembangunan infrastruktur jalan yang jalan di tempat. Barangkali suatu saat kita baru keluar rumah, langsung berhadapan dengan kendaraan yang sudah tidak bisa bergerak lagi di jalan akibat jalan yang padat. (*).
.







br






