Banyak negara besar yang secara terbuka atau diam-diam menjadi pendukung Israel. Amerika Serikat, misalnya, secara rutin mengucurkan miliaran dolar bantuan militer ke Israel.
Negara-negara Eropa pun, meski tampak lebih hati-hati, tetap menjalin kerja sama strategis dan teknologi.
Dengan adanya hubungan ekonomi dan militer yang erat, kritik terhadap Israel berarti mengguncang relasi internasional yang menguntungkan.
Maka dari itu, mereka memilih diam. Lebih mudah menutup mata daripada kehilangan kontrak senjata atau akses pasar.
Diam bukan berarti tidak tahu. Diam sering kali adalah pilihan politik.
KETAKUTAN AKAN TUDUHAN ANTI-SEMITISME
Satu hal yang kerap membuat banyak pihak enggan berbicara lantang soal kekejaman Israel terhadap Gaza adalah stigma anti-Semitisme. Kritik terhadap Israel, betapapun logis dan berbasis fakta, sering kali langsung dicap sebagai kebencian terhadap Yahudi. Ini membuat banyak tokoh, media, hingga organisasi internasional merasa terintimidasi.
Padahal, menentang penjajahan bukan berarti membenci etnis atau agama tertentu. Ini soal kemanusiaan, bukan kebencian rasial. Namun propaganda yang terorganisir membuat garis antara keduanya sengaja dikaburkan.
KETIDAKBERDAYAAN LEMBAGA INTERNASIONAL
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga internasional lainnya, dalam banyak kasus, tampak tidak lebih dari penonton. Resolusi demi resolusi dilahirkan, namun tidak pernah diindahkan. Israel, sebagai negara yang secara rutin melanggar hukum internasional dan resolusi PBB, tidak pernah benar-benar mendapatkan sanksi serius.
Mengapa? Karena kekuatan veto yang dimiliki negara-negara seperti Amerika Serikat membuat semua upaya diplomasi tumpul sebelum sempat tajam. PBB menjadi panggung diplomasi yang tak bergigi.
Sementara itu, warga Gaza terus menanti keadilan yang tak pernah datang.
NORMALISASI KEKERASAN DI GAZA
Selama bertahun-tahun, kekerasan di Gaza terus berulang—hingga dunia terbiasa. Ketika serangan pertama kali terjadi, mungkin banyak yang terkejut.
Tapi ketika pembantaian demi pembantaian terjadi setiap beberapa tahun, masyarakat global pun mulai kebal. Mereka berhenti peduli.
Inilah bahaya terbesar: ketika penderitaan menjadi biasa, dan kematian hanya angka. Gaza tidak lagi menjadi tragedi, melainkan rutinitas. Dunia berhenti marah, berhenti berdoa, bahkan berhenti bertanya.
PERAN DUNIA ISLAM YANG MELEMAH
Dunia Islam pun tidak luput dari kritik. Banyak negara muslim lebih sibuk dengan konflik internal dan perebutan pengaruh daripada bersatu membela Palestina.







br






