Giri Arnawa: Soal Banjir dan Perubahan Iklim

• Mekanisme pemicu:
– Luapan Sungai Ancar di Perumahan Riverside yang tidak mampu menampung debit air, menyebabkan tiga mobil hanyut .
– Robohnya infrastruktural seperti tembok TPST Sandubaya dan pohon tumbang yang memperparah genangan .
– Respons Darurat: Evakuasi melibatkan BPBD, TNI/Polri, dan relawan, dengan warga mengungsi ke atap rumah atau lantai dua akibat kecepatan kenaikan air .

Di sini, hidrometeorologi sistemik merupakan sebuah pendekatan yang digunakan untuk memahami dan menganalisis fenomena hidrologi dan meteorologi dalam suatu sistem yang kompleks dan terintegrasi. Pendekatan ini mempertimbangkan interaksi antara atmosfer, hidrosfer, dan geosfer dalam suatu sistem yang dinamis dan saling terkait.

Penerapan hidrometeorologi sistemik ini sangat berguna untuk memprediksi cuaca dan iklim dengan lebih akurat. Dan tentu saja dalam hal memitigasi bencana hidrologi dan meteorologi, seperti banjir dan kekeringan.

*Formula Perubahan Iklim*

Giri lantas menyodorkan formula perubahan iklim sebagai berikut:

R = H x V x E, dengan V = S : AC

Di mana:

1. R (Risiko): Risiko yang terkait dengan perubahan iklim, seperti kerusakan lingkungan, kerugian ekonomi, atau dampak pada kesehatan manusia.

BACA JUGA:  Koperasi Merah Putih

2. H (Hazard): Bahaya atau ancaman yang terkait dengan perubahan iklim, seperti kenaikan suhu, perubahan pola curah hujan, atau kenaikan permukaan laut.

3. V (Vulnerabilitas): Kerentanan suatu sistem atau komunitas terhadap dampak perubahan iklim. Vulnerabilitas dapat dihitung dengan rumus V = S : AC, di mana:

– S (Sensitivitas): Sensitivitas suatu sistem atau komunitas terhadap dampak perubahan iklim.
– AC (Adaptive Capacity/Kapasitas Adaptif): Kemampuan suatu sistem atau komunitas untuk beradaptasi dengan dampak perubahan iklim.

4. E (Exposure): Eksposur suatu sistem atau komunitas terhadap dampak perubahan iklim, seperti lokasi geografis, kepadatan penduduk, atau infrastruktur yang ada.

Oleh karena itu, formula R = H x V x E dapat diartikan sebagai:

Risiko (R) terkait perubahan iklim adalah hasil perkalian antara bahaya (H), kerentanan (V), dan eksposur (E). Semakin tinggi nilai H, V, dan E, semakin tinggi pula risiko terkait perubahan iklim.

Oleh karena itu, logical thinking-nya adalah upaya menurunkan Risiko hanya bisa dilakukan melalui menurunkan Hazzard/Bahaya, menurunkan Vulnerability/Kerentanan dan menurunkan Exposure/Keterpaparan.

Sementara menurunkan Vulnerability/Kerentanan upayanya adalah menurunkan Sensitivy dan/atau meningkatkan Adaptive Capacity.

BACA JUGA:  MENJADI PENONTON HIDUP ORANG LAIN : (Nasehat buat kaum milenial)

“Penggunaan formula ini dapat membantu dalam mengidentifikasi area yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim dan mengembangkan strategi adaptasi yang efektif,” ungkap lulusan Fakultas Pertanian ini.