Giri Arnawa: Soal Banjir dan Perubahan Iklim

Catatan Agus K Saputra

NusantaraInsight, Ampenan — Ada hal baru dan fresh saya dapatkan dari obrolan dengan senior di Koran Kampus “Media” Universitas Mataram, dulu: Giri Arnawa. Antara lain apa yang disebutnya Daerah Tangkapan Air (DTA) atau catchment area.

“DTA adalah wilayah geografis yang mengumpulkan dan mengalirkan air hujan ke suatu titik tertentu, seperti sungai, danau, atau reservoir. DTA sangat penting dalam siklus hidrologi dan memiliki peran kunci dalam pengelolaan sumber daya air,” ujarnya.

Dari sini, turunannya, kita akan mengetahui fungsi DTA. Seperti mengumpulkam air hujan dan mengalirkannya ke sungai, danau, atau reservoir. Mengatur aliran air dan mencegah banjir atau kekeringan. Menghasilkan air bersih yang dapat digunakam untuk keperluan manusia seperti air minum, irigasi, dan industri.

Sementara karakteristik DTA yang baik antara lain harus melingkupi:

1. Tutupan vegetasi: dengan tutupan vegetasi yang baik dapat mengurangi erosi dan meningkatkan kualitas air.

2. Kemiringan lahan: dengan kemiringan lahan yang curam dapat meningkatkan risiko erosi dan banjir.

BACA JUGA:  “Sentilan” Menteri Dalam Negeri

3. Jenis tanah: dengan jenis tanah yang porous dapat meningkatkan infiltrasi air dan mengurangi aliran permukaan.

Intinya, tambah Climate Resilient Sustainable Landscape Specialist ini, pengelolaan DTA yang baik sangat penting untuk menjaga keseimbangan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Topik obrolan ini dilatari oleh peristiwa banjir besar di kota Mataram, Rabu (06/07) lalu. BMKG mencatat 4,2 miliar liter air tumpah dalam waktu kurang dari 6 jam, dengan intensitas mencapai 111,4 mm di daerah Sigerongan.

“Bagi saya, volume ini termasuk kategori hujan ekstrem skala jam (dengan kategori) >50mm/jam,” ucapnya.

Kaitannya dengan hal tersebut, ada tiga terminologi menjadi pegangan penting, yaitu:

• Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif dan pada jangka waktu yang singkat

• Iklim adalah kondisi cuaca rata-rata (pola) di suatu daerah dalam kurun waktu yang lama (jangka panjang). Iklim ini dapat diukur dengan mengamati suhu, tekanan, curah hujan, kelembapan, dan angin.

• Perubahan iklim merupakan suatu perbuhan jangka panjang dalam pola cuaca tertentu di suatu wilayah

BACA JUGA:  Masih Ada Yang Nyinyir

*Banjir sebagai Bahaya Hidrometeorologi Sistemik*

Selanjutnya Giri memberi kajian hidrometeorologi sistemik sehubungan terjadinya banjir tersebut, yaitu:

• Dampak spasial:
Tiga kecamatan terdampak parah (Sandubaya, Mataram, Cakranegara) dan enam kelurahan, termasuk permukiman padat seperti Sweta dan Bertais. Genangan air mencapai 2 meter di Cakranegara dan 60 cm di Turida.