Obituary Aswar Hasan: BUKAN SEKADAR PENONTON BIASA

NusantaraInsight, Makassar — Kala matahari di langit kota Makassar menebarkan hawa panas menyengat, tiba-tiba notifikasi Whatsapp di ponsel saya berdering, tertera di layar – Undangan Menulis “Jejak Pemikiran, Perjuangan, dan Keteladanan Dr. H. Aswar Hasan, M.Si.” dalam perspektif sejumlah sub tema.

Undangan menulis yang dikirimkan Bung-Andi Wanua Tangke, tanggal 15 Agustus 2025 pukul 12.31 itu langsung menikamkan rasa nyeri ke lubuk hati saya. Betapa tidak, perih rasa dukacita di hati belum lagi pulih, sejak menerima kabar duka yang beredar luas di media sosial tentang berpulangnya sahabat Dr. H. Aswar Hasan, M.Si.

Kenangan saya langsung terbang melayang ke masa lampau, pada percakapan dengan Upi Asmaradana -CEO Kabar Makassar ketika menumpang mobilnya dalam perjalanan ke Kabupaten Maros, untuk kepanitiaan Festival Aksara Lontara (FALAQ) ke-4 yang menurut rencana digelar pada tanggal 19-20 November 2023 di Gedung Serbaguna. Saat dalam perjalanan, tiba-tiba kami mengobrolkan tentang Aswar Hasan sahabat kami yang kabarnya mengalami strok.

“Itu kak Aswar Hasan, keras hati. Saat terpapar strok, tidak juga menyurutkan semangatnya untuk menulis, mengkritisi berbagai hal. Saya bilang padanya, istirahat qi dulu.” Ungkap Upi.

BACA JUGA:  IDUL QURBAN, KORUPSI DAN ARSIP

“Ya, saya selalu setia membaca tulisannya yang bernas di kolom harian Fajar juga Tribun Timur. Jika diibaratkan seorang samurai maka dia adalah Musashi.” tanggap saya atas pernyataan Upi.

Ya, Musashi. Nama seorang samurai legendaris karena memang dikisahkan tidak tertandingi dalam duelnya. Musashi piawai dalam teknik bertarung menggunakan pedang tajam melawan ketidakadilan.

Bagi saya, Aswar seorang samurai menggunakan pena sebagai pedang yang tajam dalam pertarungan dialektika menyikapi problem politik, ekonomi, sosial dan budaya. Menulis dengan teknik bertutur yang jernih dengan kedalaman yang pasti, Aswar menjelma aktor penyingkap topeng kepalsuan dalam pentas sandiwara kehidupan di sekitarnya, di negaranya, di mancanegara.

Saya tak heran jika Aswar memiliki karakter heroik nan humanis. Betapa tidak, saban kali usai menonton pementasan drama grup Sinerji Teater Makassar di gedung Societeit de Harmonie, ia selalu menyempatkan diri menemui saya di lobby sebagaimana saat usai pertunjukan Drama “Montserrat” karya penulis Prancis Emmanuel Robles.

“Saya suka pertunjukanta. Montserrat sangat heroik dan humanis, teguh dalam prinsip. Drama dengan tema yang kompleks tentang dilema batin anak manusia dan nilai-nilai kemanusiaan serta keberagaman sangat menarik.” Komentar Aswar.