Obituari Machmoed Sallie (1): Berhenti PNS, Jadi Wartawan

‘’Saya memang sudah ditakdirkan sebagai wartawan,’’ kata Machmoed yang kemudian bergabung dengan Surat Kabar Harian Tegas sejak tahun 1975 sampai 1999.

Di harian ini dia sempat menjabat Wakil Pemred pada tahun 1997. Dua tahun kemudian menjadi Pemred Mingguan Abadi Nusantara.

Ada pengalaman menarik yang dialami Machmoed Sallie pada tahun 1981. Saat itu, bersama saya (PR), Bachtiar M.Amran (Kompas), Titiek K (Fajar), Mantjo Radia (Pos Makassar), memenuhi undangan Atik Sutedja (alm), Bupati Mamuju. Pada waktu itu, jalan darat ke Mamuju sering diistilahkan ‘’bernapas dalam lumpur’’.

Rombongan berangkat dari Makassar pukul 08.00 menumpang mobil Hardtop DD 1 MU. Tiba di Mamuju pukul 22.00 setelah melalui perjalanan yang sangat melelahkan. Pak Atik mengambilalih stir, ketika kendaraan melewati satu sungai besar yang menggunakan rakit. Kata Pak Atik, ada buaya besar di sungai itu, ketika dia memaksa meloncatkan hardtopnya hingga ke pinggir sungai. Di tengah jalan, rombongan menemukan ada kendaraan yang terjebak di dalam lumpur dan ditinggalkan begitu saja oleh pengemudinya.

BACA JUGA:  Program Informasi dengan Pendekatan ATM

Atik Sutedja sengaja mengajak para wartawan untuk suatu kunjungan bersejarah. Mengunjungi Kecamatan Kalumpang di kaki gunung Sandapan yang tak pernah dikunjungi pejabat bupati mana pun sebelum dia.

Malam-malam sebelum berangkat, ada teman yang hendak mengusulkan kepada Pak Bupati agar membatalkan saja dulu kunjungan ini. Masalahnya, perjalanan cukup berat. Setelah melalui laut dengan speedboat , rombongan harus naik katinting (sampan) motor tempel lagi menuju Tarailu. Di situ rombongan akan bermalam, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kalumpang.
Trailu adalah sebuah desa transmigrasi. Kebanyakan penduduknya berasal dari Soppeng. Desa ini masih asri. Tampak benar baru saja dibuka. Di sana-sini tampak rawa-rawa. Kelihatannya cukup subur. (Bersambung).