Padahal, kami pengurus KONI Sulsel sangat maklum, gedung tua itu penuh dengan makhluk astral. Saya sendiri malah pernah terkecoh, ketika masuk ke salah satu toilet yang menempel di dinding di sebelah kiri, di dekat tangga naik saat magrib.
Tiba-tiba saja ekor mata saya menangkap ada bayangan melintas tidak jauh di belakang saya. Usai berurusan dengan ‘pembuangan’ saya langsung berlari mencari siapa gerangan orang yang melintas tadi. Tiba-tiba saja bulu kuduk saya tegak berdiri. Edende…
Setelah menginap selama satu-dua minggu atau sedang tidak ada kegiatan di KONI Sulsel, Andi Idris biasa pulang ke Sidrap. Saya selalu melepas kepergiannya karena kerap dijemput malam hari saat saya, Pak Addien, Prof.Musakir dan satu dua karyawan masih berkantor. Kami memang biasa tinggal di kantor hingga pukul 23.00-24.00. Jika ada yang sangat urgen, juga biasa tinggal sampai pukul 01.00 dini hari.
Oleh sebab itu, kalau orang melintas di depan Kantor KONI Sulsel malam hari, akan melihat lampu ruang masih menyala terang benderang dan beberapa mobil masih terparkir di depan kantor. Kami menjadikan malam sebagai siang, karena pada siang hari rata-rata kami yang begadang menyelesaikan tugas pokok di kampus masing-masing.
Kembalinya Andi Idris dari Sidrap sangat kami tunggu-tunggu dan kadang-kadang tiba-tiba. Biasanya selalu pada sore atau malam hari, saat kami masih di KONI.
Masalahnya, beliau saat pulang penuh dengan buah tangan. Dan sudah sangat maklum dengan selera teman-temannya di KONI. Kalau di Sidrap sedang musim mangga, kami pasti dibawakan mangga. Kalau tidak ada musim apa-apa, beliau selalu membawakan “rober’ (roti berre), roti yang terbuat dari tepung beras dan disajikan bersama dengan cairan gula merah. Nikmat. Sambil menyulut rokoknya, belum lama tiba, kami sudah dibagikan masing-masing satu dos plastik “rober’.
Saya sering membalas pemberiannya dengan memberinya buku karya saya. Bahkan ada satu buku, yang beliau baca berulang-ulang.
“Bagus sekali bukunya,” katanya sambil mengangkat jempolnya sembari tersenyum.
Saya menduga buku yang dibacanya berulang-ulang itu adalah berjudul “Prof.Radi A,Gany, Hilangnya Cincin Permata Ungu” yang saya tulis memperingati setahun (2020-2021) meninggalnya mantan Rektor Unhas/Bupati Wajo, dan Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu pada tahun 2021. Prof.Radi meninggal 13 Februari 2020 di RSP Unhas,pada saat saya baru sehari tiba di kampung halaman di Bima dan dikebumikan di Taman Pusara Unhas Pate’ne Maros, yang dia resmikan sendiri Desember 2005, beberapa bulan sebelum mengakhiri masa jabatannya sebagai rektor. Buku ini, satu-satunya karya saya yang ditulis dengan menggunakan rasa yang dalam.
Kebersamaan saya terakhir dengan Pak Andi Idris adalah ketika mengikuti PON XX Papua/2021. Kami satu penginapan di Abepura, di daerah permukiman penduduk yang padat. Di penginapan itu juga terdapat putrinya yang bertugas sebagai tim medis kontingen. Setiap pagi, beliau sudah ada di meja panjang di depan kamar hotel, tepat di teras. Sudah lengkap dengan atributnya sebagai Panitia PON XX dan siap pergi memantau pertandingan. Di depannya selalu tersedia kopi hitam yang beliau selalu seruput sambil mengepulkan asap kesenangannya.
Ketika anggotanya berlomba di Timika, Pak Andi Idris juga terbang ke sana menemani para atletnya. Sehari sebelum kontingen kembali ke Makassar 15 Oktober 2021, Andi Idris sudah bergabung lagi dengan kami di penginapan. Beliau adalah Pembina PASI. Andi Idris sangat piawai menyusun program kegiatan atletnya. Dan, sangat telaten pula.
Sekembali dari PON XX Papua, kami disibukkan lagi oleh agenda organisasi, yakni Musyawarah Olahraga Provinsi (Musorprov) untuk memilih pengurus baru. Setelah tidak terpilih lagi sebagai pengurus, kami kembali sibuk dengan tugas masing-masing. Pak Andi Idris kembali ke Sidrap, saya kembali sibuk dengan kegiatan mengajar dan menulis serta memimpin media.
Menurut Nurdin karyawan KONI Sulsel, yang saya kontak sekitar pukul 23.00, Senin (18/3/2024) malam, Andi Idris mengalami sakit di Sidrap. Kabarnya sempat dilarikan ke Parapare, namun Allah swt lebih mencintainya sebelum tiba di tujuan .
Andi Idris Bau Mange, S.Sos pergi meninggalkan kita semua pada bulan yang mubarak ini, Ramadan 1455 Hijriah. Selamat jalan senior dan sahabat, yang telah hadir mengisi hari-hari panjang kita selama di KONI Sulsel dengan ceria dan selalu menyejukkan. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun. (M.Dahlan Abubakar).