Obituari Baco Ahmad “Tembok” PSM itu Telah Tiada.

Baco Ahmad
Almarhum Baco Ahmad

Ketika Baco Achmad bergabung dengan PSM, Machful Anwar pindah ke Jakarta bersama Andi Lala. Sebagai pemain gelandang bertahan, Baco Ahmad menjadi tembok terakhir menyelamatkan gawang tim “Ayam Jantan dari Timur” itu dari kebobolan.

Baco Ahmad
Almarhum Baco Ahmad

Seperti juga yang terwariskan oleh junior-juniornya di belakang hari, Baco Ahmad termasuk salah seorang yang sangat disegani lawan. Karakter bermainnya inilah yang kemudian mengilhami Hafid Ali, Musdan Latandang, Bahar Muharram, dan Yosep Wijaya. Para pemain ini termasuk tipe-tipe yang menyontek gaya bermain Baco Ahmad. Keras, cepat, tetapi tidak kasar. Hanya saja gambaran penampilannya yang bagaikan “buldozer” kerap membuat lawan berpikir berhadapan dengannya. Dia dapat dikatakan sebagai ‘tembok’ pertahanan PSM.

Saat meninggalkan PSM, rekam setim-nya Mahful Umar dan Andi Lala bergabung bergabung dengan Klub Jayakarta antara lain bersama Iswadi Idris, Sutan Harhara, Ronny Paslah (kiper timnas), dan Judo Hadiyanto, juga kiper terbaik tim nasional. Baco Achmad sendiri setelah meninggalkan PSM bergabung dengan klub Indonesia Muda Jakarta, kemudian menjadi pemain Persija bersama Wahyu Hidayat, Andjiek Ali Nurdin dengan pelatih Harry Tjong yang juga mantan penjaga gawang PSM.

BACA JUGA:  Visi Misi Penghijauan Tapi Kok Merusak Penghijauan

Setelah berkarier sebagai pemain bola selama sekitar 28 tahun, Baco Ahmad pulang kampung, setelah sempat mengenakan jersey Garuda ketika melawan Denmark 3 September 1974 di Kopenhagen, ibu kota negara itu. Tampil bareng dengan Rony Pattinasarani dan Anjar Asmara, Baco Ahmad dkk tidak berdaya menghadapi tuan rumah. Tim Garuda kalah 9-0.

Kekalahan ini menjadi rekor terburuk dialami tim nasional Indonesia dalam pertandingan resmi atau pun laga uji coba. Ketika tim nasional Indonesia kalah atau Bahrain 0-10 dalam kualifikasi Piala Dunia 2014, rekor terburuk tim Garuda tahun 1974 terhapus oleh kekalahan tahun 2014 tersebut.

Setelah hampir 20 tahun berkarier di luar Sulawesi Selatan, pada tahun 1990-an, mendiang Wali Kota Patompo H. M. Dg. Patompo mengajak Baco Ahmad pulang kampung. Agaknya, ajakan Patompo itu berkenan di hatinya. Meskipun Patompo ketika itu aktif sebagai Ketua Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Baco Ahmad juga memperoleh kesempatan berusaha, yakni membuka biro perjalanan haji dan umrah. Awalnya bergabung dan ‘magang’ dengan PT Tiga Utama pimpinan Ande Abdul Latief (almarhum), dia kemudian membentuk biro perjalanan sendiri. Almarhum pun selalu memberangkatkan jamaah melalui biro perjalanannya sendiri.

BACA JUGA:  Kontingen IPSI Bengalon Kutai Timur Raih Prestasi di Kejuaraan Nasional Pencak Silat Makassar Championship 3 

Di samping aktif sebagai pengelola jasa perjalanan haji dan umrah, Baco Ahmad juga aktif sebagai pengurus cabang olahraga, yakni Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) Sulsel. Pada masa itulah, salah seorang anggota keluarganya pernah meraih medali emas. Namun, Jawa Timur meliriknya hingga hengkang ke sana.

Ketika itu dia sangat aktif mengurus cabang olahraga ini. Saat saya menjabat Pengurus KONI Sulsel, almarhum kerap hadir di Jl. Sultan Hasanuddin 42, Kantor KONI Sulsel, bercengkerama dengan teman-teman pengurus lainnya. Yang tidak saya lupakan, setiap berkunjung selalu membagi-bagikan ikan siap santap kepada beberapa orang pengurus yang hadir waktu itu. Ikan “pallu cella” (masak garam) ini agaknya selalu tersedia di mobilnya setiap dia berkunjung. Habis, almarhum tinggal di daerah ‘sumber ikan’, Paotere.

Kehadirannya membuat suasana di KONI menjadi penuh canda dan ceria. Apalagi, almarhum Baco Ahmad, termasuk ‘gudang cerita’. Biasanya, yang bernada humor. Selamat Jalan sang legendaris.

(M.Dahlan Abubakar, wartawan senior, Penulis Buku “Ramang Macan Bola” (2011) dan “Satu Abad PSM Mengukir Sejarah’ (2020).