Ketika rombongan tiba, transmigran mengelu-elukannya. Mereka menangis terharu. Baru kali ini ada pejabat yang mendatangi mereka. Namun, perasaan Amiruddin lebih galau. Ia menyaksikan rumah yang dibangun di atas timbunan kayu dan ditutupi tanah. Di sekeliling rumah adalah rawa-rawa. Tidak ada pekarangan untuk berkebun.
Amiruddin pun mengusut perihal pemborong kepada warga, Mereka menceritakan bahwa pemborong telah enam bulan meninggalkan lokasi. Bahkan pemborong masih memiliki hutang kepada warga. Utang tersebut berupa upah kerja warga menebangi pohon.
Amiruddin geram. Ia merasa dibohongi. Ketika kembali ke Ujungpandang, ia memanggil pemborong dan habis-habisan memarahinya. Bahkan Amiruddin melaporkan hal ini kepada Menteri Transmigrasi, sehingga menurunkan tim dari Pusat”. Itulah gaya Pak Amir tidak mau menerima laporan ABS.
Yang ini kisah Radi A.Gany ketika memimpin Kabupaten Wajo 1988-1993.
“Bulan-bulan awal memimpin Kabupaten Wajo, Radi jalani dengan penuh semangat. Sebagai orang pertama di Kabupaten Wajo, amanah ini tidak ubahnya sebagai “laboratorium” kehidupan, teori yang diperolehnya di kampus dengan praktik di lapangan. Sejauh mana kedua teori itu “bersinergi” dan saling memiliki relasi.
Suatu hari, Radi dapat jaminan dari seorang camat.
“Saya akan menyelesaikan pemasangan satu unit pompa air untuk irigasi di kecamatan saya,” begitu janji camat itu yang dia sendiri menawarkan penempatan satu unit pompa sebagai alternatif memanfaatkan air sungai berlimpah untuk kepentingan irigasi sawah.
“Yang penting, Pak Bupati menyalurkan satu set pompa. Penggalian saluran dan biaya pemasangan akan saya tanggung sendiri sampai siap operasi,” sang Camat dengan nada permohonan menambahkan.
Waktunya memang rada mendesak, Sebab, menjelang musim mengolah sawah tiba.
“Okeylah, saya siapkan yang kau usulkan, Pak Camat,” Radi meng-iya-kan permohonan bawahannya.
Sambil tersipu-sipu gembira, Camat tersebut masih menegaskan kembali kesanggupannya memasang satu unit pompa air itu.
Seminggu waktu berjalan, Radi diam-diam ke lokasi yang disebut Pak Camat akan dipasangi pompa. Radi kecewa berat, sebab di lokasi itu belum ada apa-apa. Dia pun dapat akal, langsung ke kantor kecamatan. Seolah-olah tidak ada sesuatu yang disembunyikan, sang Camat menggebu-gebu melapor.
“Pompanya sudah terpasang, Pak. Rakyat di tempat itu sangat berterima kasih kepada Pak Bupati,” lapornya.
Mendengar laporan itu, Radi hanya manggut-manggut tanpa komentar.
“Terima kasih, Pak Camat kalau memang sudah menyelesaikannya,” akhirnya Radi juga berkata sebelum menaiki Toyota kanvas, kendaraan dinasnya.














