Mantan Dirut BRI Temu Kangen: (3) Dari Staf ke Posisi Puncak

Asmawi Syam
Asmawi Syam

Selain itu, kata Asmawi, sebelum kehadiran BRI Satelit (BRISat), BRI harus menyewa 23 transeponden dari beberapa perusahaan dengan biaya yang terus meningkat. Transponder Telkom saja sewanya Rp 2,5 miliar per bulan. Dengan membeli satelit ini penggunaannya bisa berlangsung hingga 17 tahun dan setelah itu dapat di-’extend’ (diperpanjang).

Menurut Asmawi, kehadiran BRISat dapat memberikan efisiensi penggunaan dana sampai Rp 500 miliar setiap bulan. Kehadiran satelit ini ia merasakan literasi perbankan di pelosok-pelosok itu terjangkau. Motto BRI “menjangkau yang tak terjangkau dan melayani yang tak terlayalani”.

Terobosan Asmawi yang mengantar BRI memiliki satelit ini mengundang pujian asing. Dr.Margareth Robinson dari Harvard menyebut BRI sebagai “The New Paradigma Shift Microfinance Revolution”. Lain pula Anne s. Dunham, staf ibu Barack Obama, dari “Harvard Institute for International Development” yang pertama kali melakukan penelitian untuk mengukur “social impact” (dampak sosial) keberadaan BRI terhadap masyarakat memberikan hasil yang positif. Rekomendasinya, BRI harus mengambil peran yang lebih luas lagi dengan kehadiran satelitnya.

BACA JUGA:  Musakkir Basri, Merayakan Wisuda dengan Menerbitkan Buku Puisi

Seorang pakar Jerman Dr.Dirk Steinwand mengakui Indonesia sebagai “The Largest Microfinance Laboratory of the World” (Laboratorium Keuangan Mikro terbesar di dunia).

Di dalam bukunya, (hlm 235), Asmawi mengakui, kehadiran satelit ini tidak instan, tetapi sudah digagas sejak Sofyan Basir sebagai Direktur Utama BRI (2005-2010 dan 2010-2014) sebelum menjabat Dirut PLN. Jadi, kehadiran satelit ini merupakan program berkesinambungan.

Pengembangan program satelit pun dilanjutkan oleh dua pejabat direktur utama pasca-Asmawi, Suprajarto dan Sunarso.

“Sudah menjadi tugas dirut-dirut selanjutnya untuk melanjutkan dan mewujudkan visi serta kebijakan strategis itu. Di sinilah letak “sustainability leadership”. Seorang yang menjabat di posisi puncak , tak boleh serta merta mengganti kebijakan dan membatalkan program bagus yang sudah dirancang dan disiapkan oleh pendahulunya,” tulis Asmawi. .

Apa yang diwujudkan Asmawi tersebut merupakan sesuatu yang monumental. Bayangkan saja, katanya, kalau gagal, setahun setelah menjabat, dia akan dipecat di BRI. Penyebabnya, mewujudkan satelit itu dianggap ide gila.

Oleh sebab itu, setiap Asmawi masuk ke BRI selalu disebut “bank desa, bankir desa”. Maka tidak heran, per Maret 2024 lalu, laba bersih BRI mencapai Rp 25 triliun.

BACA JUGA:  Wati, Potret Semangat Meraih Langit

Setelah menjabat Dirut BRI (Persero) Tbk, Asmawi menjabat President Director/CEO PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo, Persero) tahun 2017, President Director/CEO PT Jiwasraya (Persero) 2018, President Commisioner PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., dan terakhir serbagai Komisaris BNI.

br