Di zaman digital, wanita-wanita kekinian, baik remaji sampai kepada nenek-nenek, sangat eksis bersuara, meng-share, like, blasting hal-hal apa saja yang menarik perhatian publik. Termasuk doyan Selfi untuk mengeksiskan dirinya di dunia maya.
Kondisi wanita di zaman digital sekarang itu seperti dua sisi mata uang — penuh peluang tapi juga penuh tantangan. Dunia digital membuka banyak pintu, tapi juga memunculkan dinamika baru yang harus dihadapi.
Pertama, Akses Informasi dan Pendidikan Terbuka Luas
Wanita kini bisa belajar apa saja dari mana saja — lewat YouTube, kursus online, podcast, dan media sosial. Banyak yang belajar coding, bisnis, bahkan ilmu agama secara mandiri.
Kedua, peluang berkarya lebih luas. Dunia digital bikin perempuan bisa kerja dari rumah (freelance, remote work), jualan online, jadi content creator, atau membangun startup tanpa harus terikat ruang dan waktu.
Ketiga, suara Perempuan Lebih Didengar. Media sosial jadi ruang buat perempuan menyuarakan isu-isu penting: pelecehan, kekerasan, kesehatan mental, parenting, bahkan politik. Kampanye seperti #MeToo atau #WomenSupportWomen muncul dari sini.
Keempat, komunitas dan dukungan lebih. Terbuka Banyak support system online: komunitas ibu muda, muslimah produktif, perempuan programmer, dan lainnya.
Lalu apa tantangan bagi Wanita di Era Digital?
Cyber Harassment & Kekerasan Digital
Banyak perempuan jadi korban doxing, body shaming, hingga pelecehan seksual di dunia maya. Sayangnya, regulasi belum sepenuhnya bisa melindungi.
Tekanan Sosial dari Dunia Maya
Media sosial kadang menciptakan standar palsu: harus tampil cantik, produktif, sukses, punya hidup “sempurna”. Ini bisa memicu stres, insecure, bahkan depresi.
Ketimpangan Akses Teknologi
Tidak semua perempuan punya akses yang sama terhadap gadget, internet, dan edukasi digital — terutama di daerah pedesaan atau tertinggal.
Double Burden di Era Digital
Perempuan dituntut multitasking: kerja dari rumah, urus anak, sekolah daring anak, dan tetap “on” di dunia maya. Beban ganda makin terasa.
Wanita di era digital punya kekuatan besar — tapi juga butuh kesadaran, literasi digital, dan sistem dukungan yang kuat agar bisa benar-benar bebas, aman, dan berdaya. Seperti kata Kartini modern: “Perempuan bukan hanya harus melek huruf, tapi juga melek digital.”