Fenomena Arus Barat: Globalisasi Food, Fun and Fashion di Indonesia

Munculnya fast fashion berakar pada Revolusi Industri pada awal abad ke-19. Setelah Perang Dunia II, produksi pakaian menjadi norma dan era produksi pakaian secara massal dimulai.

Tahun 1960-an merupakan titik balik dalam industri fesyen, dengan budaya masyarakat yang beralih ke fesyen murah dan perpaduan pakaian kelas atas dan bawah, mungkin sebagai cara untuk menunjukkan dukungan terhadap pakaian yang demokratis.

Permintaan konsumen ini memaksa merek fashion untuk terus berganti mode dan terus mengoleksi pakaian baru (Asy’ari, 2022). Fashion dalam hal ini merujuk kepada perusahaan perusahaan multinasional seperti,: Nike, H&M, Zara, Gucci dll.

Kehadiran perusahaan fashion di indonesia menyebabkan ketidakstabilan dengan perusahaan lokal, dikarenakan perusahaan multinasional dapat menarik perhatian masyarakat indonesia dengan cara mempermudah jual beli serta bahan yang di gunakan cukup menarik serta keren (Asy’ari, 2022) Contohnya: Tank top dipakai saat musim panas di luar negeri, namun di Indonesia dipakai untuk gaya publik.

Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia malas mengganti . Mereka percaya bahwa pakaian yang dibuat oleh orang Barat sesuai dengan budaya timur masyarakat Indonesia .

BACA JUGA:  Di Balik Peluncuran Edisi Revisi Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” (6): Ditawari Pimpin Unhas, “Ada Minat?”

Kemunculan fashion ala barat pada tahun 2000an yang berfokus pada strategi permintaan pakaian yang murah dan trend yang melibatkan media peran media dalam pengaruh fashion ini sangat penting karena dulunya banyak dari remaja yang awalnya hanya mengikuti fashion budaya barat dan hanya ingin melihat lihat namun sekarang dengan media mereka ingin mencoba fashion budaya barat yang sedang trend tersebut.

Fashion barat bagi masyarakat indonesia memiliki dampak positif dan negatif, dampak postifnya ialah terdapat kesenangan baru bagi pemakainya serta lebih pede dalam berpenampilan, karena terlihat keren serta elegan.

Dampak negatifnya ialah masyarakat indonesia lebih tepatnya remaja cepat atau lambat akan melupakan budayanya atau pakaian pakaian ciri khas indonesia yang terkenal sopan dan tertutup. Dengan mengikuti tren sekarang ini banyak remaja yang tidak memperdulikan kesopanan serta tertutup dalam cara berpakaian.