Pengantar:
Setelah tepat 25 tahun diluncurkan pertama kali di Jakarta tahun 1999, pada 7 Maret 2025, edisi revisi buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” akhirnya diluncurkan di Unhas Hotel & Covention Kampus Tamalanrea. “Soft Launching” buku ini sudah dilakukan bertepatan dengan Dies Natalis ke-68 Unhas tahun 2024 di Baruga Andi Pangeran Petta Rani. Inisiator penerbitan edisi revisi, Lexy M.Budiman dari “De Hills Institute” menggelar peluncuran kedua yang disertai testimoni sejumlah yang pernah berinteraksi dengan A.Amiruddin.
Melengkapi informasi yang terungkap dalam acara peluncuran tersebut, mulai hari ini, penulis edisi revisi buku ini menurunkan beberapa catatan bersambung yang mungkin dapat bermanfaat bagi pembaca yang belum memiliki buku tersebut. (Redaksi).
Yang mungkin menarik dibahas lebih awal dalam catatan ini adalah perlunya nama A.Amiruddin mendapat tempat yang signifikan bagi penamaan tempat penting di kampus yang pernah digagasnya itu. Amiruddin semasa hidupnya, sekali pun tidak pernah mewariskan tanda tangan pada prasasti terhadap proyek Pembangunan fisik yang pernah digagasnya. Namun demikian, dia menitip ‘legacy’ (warisan) yang banyak orang pada masa memimpin mengetahuinya.
Lexy M.Budiman yang menginisiasi penerbitan dan pencetakan buku edisi revisi ini mengusulkan nama A.Amiruddin diabadikan fasilitas pendidikan di Unhas. Lexy malah mengusulkan agar nama Gedung Rektorat Unhas dilabeli dengan nama A.Amiruddin, meskipun di dekat Fakultas Kedokteran sudah ada “Auditorium Amiruddin”.
“Mungkin masih perlu gedung yang lebih besar lagi dari auditorium,” kata Lexy yang sangat dekat dengan Amiruddin semasa hidupnya ketika memberikan pengantar pada acara peluncuran buku yang dirangkaikan dengan acara buka puasa tersebut.
Usulan Lexy ini kemudian ditimpali oleh Prof.Sadly AD, MPA, yang ketika Amiruddin menjabat Rektor Unhas dua periode berposisi sebagai Sekretaris Rekror. Meja kerja Sadly, tepat di sebelah kiri tak cukup 2m dari pintu masuk ruang kerja Amiruddin.
“Gedung Rektorat Unhas harus diberi nama A.Amiruddin untuk memberi penghargaan terhadap jasa-jasa beliau,” usul Sadly yang pernah menjabat Dekan FISIP Unhas beberapa tahun silam ketika Amiruddin masih hidup.
Dari perbincangan di antara yang hadir dalam acara peluncuran tersebut, terungkap pula usulan mengabadikan nama A.Amiruddin pada ruas jalan sejak Jembatan Pampang di depan Universitas Muslim Indonesia (UMI) hingga perempatan Bumi Tamalanrea Permai (BTP) dengan nama Jl. A.Amiruddin. Pasalnya, pada ruas Jl. Urip Sumohardjo hingga Jl. Perintis Kemerdekaan terdapat dua bangunan monumental yang menjadi warisan Amiruddin, yakni Kantor Gubernur Sulawesi Selatan dan Kampus Unhas Tamalanrea yang dibangun semasa Amiruddin menjabat Gubernur Sulawesi Selatan (1983-1993) dan Rektor Unhas (1973-1982).