Catatan Ringan untuk Wali Kota Baru: “RANGKUL POTENSI SERPIHAN YANG TERBURAI….”

(Oleh: Andi Pasamangi Wawo-Ketua Dewan Penasehat PWI Sulsel)

NusantaraInsight, Makassar — Olahraga pagi di lapangan Bitowa, saya ketemu mantan Seklur Bangkala Kecamatan Manggala Makassar Drs Jufri S Nai yang di ‘non job’ penguasa lama, di depan kantornya.

“Singgahki, saya mau fotoki dulu karena tertarik gambar mantan Walikotaku di baju ta”, ijin Jupe sapaan akrab mantan Ajudan pak Ilham Arief Sirajuddin (IAS) dengan dialeg khas orang Bugis Makassar.

“Ini bajunya ‘Laskar Manggala’ bersama dinda Mustafa Korrasa, waktu pak IAS rencana Bacagub Sulsel,” jawab saya sambil mengisahkan, saat itu sudah mengundang pak Ilham ketika meresmikan ‘Bengkel Seni’ utk hadiri acara di ‘Sanggar Seni Pendopo Aspirasi’ saya.

Saat itu beliau janji nanti balik dari Jakarta menunggu kepastian Partai Pengusung. Dan kita semua tahu jawabannya.
Untungnya, Ibu Aliyah Mustika masuk Cawali.
Makanya, kalau Manggala menang mutlak di Pilwali ini, itu berarti bukan kehebatan seseorang, tapi memang pak Ilham dan Ibu Aliyah bagian tak terpisahkan. Saya tahu dari 15 tahun jadi Ketua LPM, 10 tahun di periodenya, dulu. Buktinya, ketika Pileg periode lalu perolehan suara Ibu Aliah Mustika jauh di atas Aura, anaknya Walikota. Di Dapil 1 Makassar, juga mengalahkan Indira, isteri Walikota. Artinya, nilai jualnya memang tinggi.

BACA JUGA:  Fenomena Bahasa Media: Kendaraan Antre, Kok Menumpuk

Mengenang saat pak IAS “bersedih”, mungkin hanya Kecamatan Manggala yang melepas beliau dengan acara ‘adat’ pemberian badik Pusaka diiringi Puisi karya saya sebagai tanda cinta dan semangat menghadapi tantangan.

“Gegap gempita dan semarak penuh haru mengiringi pisah sambut. Dan ‘DP’ pun dikenal di Manggala, karena titipannya”, kenang saya bernostalgia bersama Jufri, yang walau di’siku’ tetap rajin masuk kantor.

Itu terasa bagi kami berdua. Ketika dari 15 Kecamatan di Makassar, satu satunya Kecamatan yang menangkan suara Appi-RB. Hanya di Manggala, Pilkada lalu.
Konsekwensinya, sebagai Ketua FKLPM yang seolah wajib masuk dalam Timnya, dicap ‘ISIS’ bagi para ‘penjilat’ penguasa yang kini terjungkal jauh di Pilkada karena dinilai kalangan masyarakat ‘serakah’ karena ‘menitip’ isterinya sebagai penggantinya sementara jadi petarung di Cagub. Selain itu, kebijakannya dianggap telah memecahbelah tokoh di tingkat RT/RW dan LPM dengan ‘menghalau’ pemilihan secara demokrasi. Lalu mengganti main ‘tunjuktunjuk’ sebagai ‘Penjabat’ (PJ) mirip ASN.

Diharapkan, kepemimpinan baru kali ini bisa merangkul kembali semua ‘serpihan’ potensi yang ‘terburai’ di tengah masyarakat, demi Makassar yang menganut Siri’ na Pacce bersemboyan : ‘Sekali layar terkembang pantang biduk surut ke Pantai”