Catatan Tercecer dari Piala Dunia U-17 Austria, Perjalanan Mulus nan Kandas

Bangkit dari kegagalan. Filosofi ini agaknya dimanfaatkan Portugal. Kegagalan memuncaki klasemen grup B pada babak awal Piala Dunia U-17, tidak membuat tim ini berkecil hati. Dia meniti setiap laga dengan tekad baja. Memenangkan pertandingan tersisa.

Termasuk menyingkirkan Brasil yang berambisi merebut piala ini kelima kali. Brasil terhempas di babak semifinal dalam adu penalti yang dramatis dan tuntas dengan posisi 6-5 untuk Portugal.

Setiap tim pernah mengalami timnya kalah dan menang. Inilah sebuah anomali dalam permainan sepak bola yang sangat disadari oleh setiap tim. Hari ini satu tim bisa menang, besok bisa saja kalah. Tidak ada perhitungan matematik dalam permainan bola. Sebab dia akan mengikuti bentuk bola yang bundar itu.

Sang pahlawan

Portugal menghasilkan gol semata wayang buah kerja sama antara Duarte Cunha yang mengirim umpan matang kepada Anasio Cabral yang beroperasi di sisi kanan kotak penalti Austria.

Cabral kemudian melepaskan tendangan keras terarah menaklukkan kiper Austria Romario Cunha. Inilah untuk kedua kalinya gawang Romaria Cunha kebobolan dalam sejarah perhelatan Piala Dunia U-17 di Qatar ini.

BACA JUGA:  Kalahkan Italia, Spanyol ke Babak 16 Besar

Gol ini disambut gegap gempita oleh pendukung Portugal yang memadati Stadion Internasional Al Khalifah Al Rayyan Doha Qatar. Inilah untuk pertama kalinya Portugal meraih juara dunia sepak bola remaja dunia ini sejak digelar tahun 1985.

Sementara pemandangan yang paradoks terjadi di kubu Austria yang membayangkan dapat mengalahkan Portugal dengan tujuh kali laga tidak sekali pun mengalami kekalahan dan imbang.

Dalam pertandingan ini wasit mengganjar kartu kuning kepada pemain pengganti Austria L.Husic pada menit ke-70, setelah sebelumnya pemain Portugal B. Lima diganjar kartu yang sama pada menit ke-40. Minimnya kartu kuning yang keluar dari kantong wasit

Portugal yang sempat sedikit tertatih dari bawah, tidak terbayangkan akan meraih juara karena di grup B tim Matador ini hanya menempati peringkat II dengan poin 6 di bawah Jepang yang memuncaki klasemen dan mengoleksi nilai sempurna, 9, pada babak 32 besar. Portugal kalah atas Jepang 1-2 pada babap penyisihan grup.

Namun rekor produktivitas Portugal termasuk tim yang subur menghasilkan gol, dengan 23 gol dan kemasukan 4 gol.

BACA JUGA:  Jadwal Lengkap Pekan Kedua Liga 1

Pencapaian ini tiga dekade Portugal menunggu, setelah prestasi terbaik sebagai juara III pada persehalatan serupa di Skotlandia pada tahun 1989. Ketika itu, juara diraih Arab Saudi yang menjadi satu-satunya negara Asia yang merebut gelar ini hingga kini.

Prestasi ini merupakan wujud penantian panjang “Selecao das Quinas” (tim nasional yang mewakili Portugal).