Catatan Kecil Alumni UNHAS: Dari OPSPEK Fakultas Hukum Unhas ’87, Menunggu Lama untuk Tampil di TVRI

Dari mengawali ikut nyanyi di Bina Akrab angkatan ’87 itu, akhirnya keterusan nyanyi di acara kampus. Kalau ada Bina Akrab adik-adik letting, saya ikutan nyanyi, main gitar. Tercatat, saya ikut terlibat sebagai Panitia Opspek untuk mahasiswa Fakultas Hukum Unhas angkatan ’89, ’90, dan ’91.

Saya juga pengurus Senat Mahasiswa Fakultas Hukum Unhas. Saat Ilham Munir jadi Ketua Senat, saya masuk sebagai pengurus. Begitupun ketika M Arfin Hamid, jadi Ketua Senat, periode 1990-1991, saya juga masuk dalam kabinetnya. Saya di Departemen Olahraga dan Seni. M Arfin Hamid, sekarang kita kenal sebagai Profesor dan pakar di bidang hukum ekonomi Islam (ekonomi syariah).

Saya bahkan tidak terbatas hanya terlibat dalam kegiatan-kegiatan tingkat mahasiswa, tapi juga pada level fakultas bersama para dosen, saya diajak menjadi panitia.

Sewaktu Dies Natalis Fakultas Hukum Unhas digelar di Restoran Bambuden di Jalan Gunung Latimojong, Makassar, saya ikut di seksi acara. Saya juga tampil menyanyi, membawakan lagu “Bersatu Dalam Damai” yang dipopulerkan Utha Likumahua.

BACA JUGA:  Mahasiswa Unpacti Makassar KKN/P di Bontoramba dan Tiga Puskesmas di Jeneponto

Di sini untuk pertama kali, saya mengenal sinrilik/pasinrilik. Saya tidak ingat, siapa pasinriliknya, kala itu. Namun, pasinrilik yang tampil lengkap dengan patonronya, berkisah tentang sejarah Fakultas Hukum Unhas, sambil memainkan kesok-kesok.

Era itu, mulai ada kebiasaan para pejabat ditodong untuk bernyanyi saat tiba acara hiburan. Tak ayal, kerap para pejabat datang dengan kertas contekan lagu yang disimpan dalam kemeja safari atau jasnya. Bukan cuma satu lagu, tapi bisa 2-3 lagu hehehe.

Begitupun saat Dies Natalis Fakultas Hukum Unhas digelar di Makassar Golden Hotel (MGH), Jalan Pasar Ikan. Saya juga tampil bernyanyi dengan band yang menggunakan brass instrument. Lagunya, “Tanda-Tanda” milik Mus Mujiono, yang lagi hits kala itu.

Ada kejadian lucu, saat teman saya, Musran, datang menjemput saya di rumah dengan vespanya. Dia mendapati saya dengan kumis yang sudah diberi jeli, sehingga kumis itu terlihat mengerlip bila terkena cahaya lampu.

“Wah, memang susah kalau artis,” komentar Musran sambil terkekeh.

Saya hanya membalasnya dengan senyum. Musran ini teman yang sungguh baik hatinya.

BACA JUGA:  Prof Jufri Sebut Kompetensi 4C di Wisuda Unpacti Makassar, Apa itu?

Soal hobi nyanyi ini, tak hanya saya lakoni di kampus, di rumah pun saya lakukan. Tetangga kami di Kassi-Kassi, Daeng Liwang–populer dengan nama Adi Gamajaya, penyiar Radio Gamasi–sering nongkrong, sambil main gitar dengan saudaranya di depan rumah. Saya tentu saja juga ikut nyanyi bareng mereka.

Terkadang, kalau ada hajatan pesta pernikahan/perkawinan, sepupu dan keponakan saya ‘memaksa’ saya untuk tampil nyumbang lagu. Era itu, ada sesi di mana penonton boleh nyumbang lagu manakala ada hajatan dengan hiburan Orkes Melayu (OM).