Ada Tangis di Sangtandung

Air mata di Sangtandung
Putri Dakka memeluk ibu Putriana

Catatan Perjalanan Sosialisasi Putri Dakka

NusantaraInsight, Sangtandung Luwu — Bulir air mata tak terasa merambat pelan dari balik dua kelopak mata. Bukan karena ada perih yang menikam mata, namun tekanan hati oleh suara kebaikan yang selama ini ku dambakan telah hadir dihadapan mata.

Biarlah mata ini, menunaikan haknya untuk sekedar membasahi pipi yang juga sudah kerontang.

Air mata di Sangtandung
Putri Dakka memeluk ibu Putriana

Itu tanda dari bahasa kalbu bahwa apa yang terdengar di telinga dan dipandang oleh mata itu keikhlasan.

Keikhlasan hanya bisa dirasakan oleh hati yang terbuka, bukan dengan hati yang penuh iri ataupun dengki.

Mungkin inilah gambaran perasaan yang disampaikan oleh sosok seorang ibu berumur 50 tahun bernama Putriana.

Ibu Putriana yang tiba-tiba terlihat menangis, sesaat setelah Putri Dakka berorasi di dusun Benteng Desa Sangtandung Kecamatan Walenrang Utara Kabupaten Luwu, Senin (22/1/2024).

Menurutnya, air matanya tak kuasa ia bendung. Entah mengapa, lanjutnya, kata-kata yang disampaikan Putri Dakka itu tiba-tiba membuatnya haru sehingga dirinya menangis.

Baca juga : Putri Dakka : Di 2024 Akan Lahir Ayam Betina dari Luwu Raya

BACA JUGA:  Putri Dakka Bawa Agenda Sayang ke Salulemo Lutra

Air mata di Sangtandung bertambah setelah Putri Dakka menghampiri ibu Putri dan langsung memberikan pelukan hangat seorang anak kepada ibunya.

Ibu Putriana juga membalas pelukan hangat itu dengan tangisan yang semakin menjadi. Semua orang yang melihatnya terlihat juga menangis. Bahkan beberapa di antaranya terlihat beberapa kali menyeka air matanya dengan tisu yang dibawanya.

Dalam pelukan hangat seorang ibu, air mata Putri Dakka juga tak terbendung. Wajahnya memerah menahan keharuan, apalagi pelukan seorang ibu yang seakan tak ingin melepaskan pelukan dari anaknya yang akan berjuang menjadi Ayam Betina dari Luwu Raya.

Sesaat Desa Sangtandung hening dengan keharuan yang mendalam. Air mata jernih dari warga membarengi mata air Desa Sangtandung yang mengalir jernih di rumah warga.

Ini bukan drama musikal atau gimik sinetron untuk menaikkan rating. Tapi ini nyata sebagai gambaran orang yang dicintai hadir di tengah-tengah orang yang mencintai.

Dan cinta tak terbeli dengan uang, karena tempatnya di hati terdalam, bersemayam bersama kasih sayang. (AW)

br