Penumpang laki-laki yang di dek 4 sebelah kanan sudah mulai tampil ‘koboi’, tidak pakai baju karena kepanasan. Ibu-ibu pun mengipas-ngipas tubuhnya dengan apa saja yang bisa membuat badannya adem. Anak-anak kecil menangis karena kepanasan.
Banyak juga penumpang yang datang memasang dirinya di pintu penghubung antara dek 4 dengan bagian dalam haluan kapal karena angin segar bertiup nyaman. Bahkan sampai pukul 22.00 saya melihat ada seorang ibu berdiri di dekat pintu penghubung ini. Dan agaknya untuk mengalirkan udara dingin, pintu ini dibuka. Kebetulan pula tidak sedang hujan. Kalau hujan turun, pastilah pintu ini ditutup. Bisa-bisa air hujan akan membasahi penumpang.
Pada saat membaringkan badan, selintas saya mendengar bunyi cericit.
“Ada suara hamzert,” kata saya memberi tahu adik Nurhayati yang duduk tidak jauh dari saya.
Kebetulan di rumah, cucu saya memelihara binatang kecil mirip tikus ini, tetapi tidak berekor. Ternyata benar ada tikus kecil yang berkeliaran di sekitar tempat tidur. Rupanya, dia lari turun naik dari dek atas ke dek di bawah.
Bahkan anak saya, Haryadi (Hery) sempat memergoki seekor tikus kecil ini menyelinap di dekat kopernya yang sandar di dinding kapal. Saya kemudian mengambil senter dan mencoba melongok di bawah tempat tidur. Dia sudah lenyap. Atau mungkin juga sudah menyelinap entah di mana?
Jumat (18/10/2024) malam setelah menulis di kantin kapal, saya menuju dek 4 untuk tidur. Namun upaya memejamkan mata terkendala oleh bunyi cericit tikus yang sangat mengganggu. Sabtu (19/10/2024) subuh, sekembali dari musala menunaikan salat, saya mencoba Kembali berbaring. Ipar saya Mastur ternyata melihat seekor tikus lari turun naik di dinding. Saya bangun duduk dan sempat menyaksikan seekor tikus meluncur turun tidak jauh dari tempat saya duduk.
“Ternyata “penumpang gelap” (tikus) benar-benar ada di KM Leuser ,” saya menggumam.
Pagi hari, istri saya pun bertanya perihal tikus yang berkeliaran di dek 4. Dia mengakui benar ada. Kelihatannya tikus ini akan lama menjadi penumpang karena KM Leuser baru saja naik dok, saat kapal biasanya menjalani masa perbaikan, termasuk membersihkan barang-barang yang tidak diperlukan. Ya, termasuk “penumpang gelap” itu.
Pertanyaan yang muncul, bagaimana pula tikus bisa naik KM Leuser? Ini pertanyaan yang perlu dijawab. Apakah modusnya sama dengan si kecoak tadi? Atau naik melalui tali temali kapal saat sandar di beberapa pelabuhan?
Entahlah
Fasilitas KM Leuser tampaknya semakin ‘lansia’ seiring dengan usianya yang juga mendekati ‘uzur’. Ini perlu mendapat perhatian. Para penumpang yang ada di dek sulit menemukan kenyamanan. Pantas saja banyak anak kecil yang rewel dan menangis, mereka gerah. Anak kecil yang menangis itu agaknya sedang memprotes pendingin ruangan yang tidak berfungsi. (*).


br






br






