Buku yang ber-ISBN 978-634-205-254-9 masih diterbitkan oleh PT. Nas Media dan dibandrol dengan harga Rp.95.400,- untuk harga Pulau Jawa.
Buku yang merupakan cetakan kedua pada Agustus 2025 ini merupakan buku yang terbilang baru yang menuliskan model kepemimpinan alfa di pemerintahan.
Hal ini disampaikan oleh pembedah Dr. Syamril dari Kalla Institute yang kemudian memberikan beberapa model kepemimpinan melalui slide.
Direktur Sekolah Islam Athirah ini juga menjelaskan bahwa keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu Value 25 persen, System 35 persen dan Leadership 40 persen.
“Dari 3 persentase ini, leadership atau kepemimpinan menjadi faktor penting berhasilnya suatu organisasi,” ungkapnya.
Ia juga menyinggung bahwa model kepemimpinan Alfa dalam buku berupa visi dan motivasi, kepemimpinan dan pengaruh, empati dan kolaborasi, adaptasi dan ketahanan serta pengambilan keputusan dan tanggung jawab sangat sejalan dengan falsafah hidup masyarakat Bugis Makassar yaitu Sulapa Eppae.
“Di mana Sulapa Eppae itu memuat 4 falsafah yaitu Macca (Pandai), Malempu (jujur), Warani (Berani) dan Magetteng (teguh). Ini juga tercermin pada 4 sosok J di Sulsel yaitu, Syek Jusuf, Jenderal M. Jusuf, Jusuf Habibie dan Jusuf Kalla,” ulasnya.
Ia bahkan akan menjadikan rujukan buku ini dalam ruang-ruang kelas kepemimpinan yang akan diajarkannya.
“Karena ini sangat jelas, dan memiliki indikator tentang kategori pemimpin Alfa,” pungkasnya.
Sementara itu, Dr. Rahmat Muhammad “sedikit nakal” mencolek Prof Jufri yang terlambat hadir.
“Saya tadi, sudah berfikir, jika Prof Jufri ini tidak hadir, maka saya menganggap beliau bukan pemimpin alfa, namun sebelum saya memberikan komentar terkait buku ini, beliau sudah hadir, artinya beliau ini pemimpin Alfa,” kata Dosen yang juga penulis ini.
Ia secara luas menyampaikan bahwa buku Pemimpin Alfa di Pemerintahan ini, termasuk belum lazim ditelinga kita.
Namun, ia mengakui bahwa buku ini cukup lengkap karena memuat sejumlah indikator yang memuat kriteria apakah seseorang itu dapat disebut pemimpin Alfa atau tidak.
Bahkan Dr Rahmat secara lugas menyebutkan bahwa jika ada orang yang secara terang-terangan menyebutkan bahwa dirinya itu hebat atau jujur, maka itu bisa menjadi pertanyaan.
“Karena biasanya, orang yang tidak menyebut dirinya sesuatu itu lebih sesuatu dari pada yang menyebutkan dirinya memiliki kelebihan atau kemampuan,” sebutnya.
Ia juga berpesan agar dalam menuliskan karya seseorang itu, jangan terlalu memuji, karena hidup orang yang ditulis itu masih panjang, apakah dia bisa aman-aman saja hingga berakhir masa tugas atau dia celaka ketika menjalankan tugas.