Ia mengatakan bahwa menjelang berakhirnya masa jabatan Prof. Zudan, ia yang memiliki kekaguman terhadap sosok ini berupaya untuk memberikan kenang-kenangan kepadanya.
“Jika saya memberikan sesuatu berupa barang atau benda maka ini akan habis. Untuk itu saya memberikan cinderamata berupa buku. Ini bukan dalam upaya mengkultuskan beliau, tapi ini adalah bentuk apresiasi kepada beliau yang telah memberikan kepemimpinan yang menurut kami di BPSDM sangat humanis dan berintegritas,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa seluruh masukan akan diterima dan selanjutnya pada cetakan berikutnya akan kami memperbaiki lagi.
Komentar menarik disampaikan oleh pembedah Dr. Asniar Khumas yang tampil sebagai pembicara pertama.
Dirinya mengkritisi sampul buku yang dianggapnya terlalu birokratis dan kurang dari sisi humanis seperti pada judul buku.
Ia juga menyampaikan judul buku Pemimpin Humanis Berintegritas ini tidak menggugah orang untuk membacanya.
“Mengapa tidak memakai judul yang lebih menggugah orang untuk membacanya,” tanyanya.
Komentar Asniar senada dengan tanggapan dua penanya, yaitu Andi Wanua Tangke dan Rahman Rumaday.
Andi Wanua Tangke atau AWT yang juga seorang penulis dan penerbit ini mengkritisi terkait diksi Pemimpin Humanis ini.
Menurutnya, sisi humanis yang digambarkan dalam buku, tidak menyentuh sisi humanis kepada masyarakat. Isi buku hanya menggambarkan sisi humanis di internal pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan saja, karena tak ada komentar atau tanggapan masyarakat yang sepadan dengan diksi humanis itu.
Tanggapan AWT diperkuat oleh Rahman Rumaday, yang secara eksplisit menyatakan bahwa buku ini semacam laporan pertanggungjawaban semata bahkan sampul buku yang menampilkan foto Prof Zudan memakai baju setelan gubernur, sangat tidak humanis dari sisi sampul.
“Foto pada sampul semakin membuat jarak antara masyarakat dan gubernur, tidak ada sisi humanis-nya sama sekali,” tegasnya.
Namun, di sisi lain, ia menyebutkan sangat bersyukur karena pada hari ini, mendapatkan buku secara gratis berharga Rp.108.400,-, yang kemudian ditanggapi oleh Bagas seorang mahasiswa yang menyatakan harga seperti itu untuk mahasiswa sangat berat untuk dibeli.
Pemimpin Alfa di Pemerintahan
Buku kedua yang juga di-Beta-kan (dibedah tanpa ampun) oleh para penanggap adalah Buku Pemimpin Alfa yang tim penyusunnya hampir sama dengan buku pertama.
Perbedaannya, pada buku pertama Prof Jufri sebagai editor buku, dan pada buku setebal 152 halaman ini, dirinya tampil sebagai penulis buku bersama lima penulis di buku pertama.