Selain itu, ada Kepala SD Negeri Layang IV/72, Muhammad Agus, S.Pd, Gr, serta Jumriah, S.Pd, M.Pd, yang tengah menempuh pendidikan doktoral di Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan suaminya.
Rusdin Tompo juga diundang oleh Bu Nasrah. Pegiat literasi ini, pernah berbagi motivasi dan inspirasi dengan siswa-siswi SMP Negeri Pakkaba, yang berada di Dusun Julumata, guna mendorong anak-anak menulis.
Daeng Sijaya melanjutkan, kolam itu kemudian diisi dengan ikan nila sebanyak 6.000 ekor. Total modal awal, saat itu, sebesar Rp7.000.000. Itu sudah termasuk pakan dan mesinnya.
Daeng Sijaya lalu memulai budidaya ikan nila. Tadinya, kata dia, bukan cuma ikan nila yang dipelihara tapi juga ikan lele. Namun karena dia tidak makan lele maka tidak teruskan.
“Sejak mengembangkan budidaya ikan nila ini, saya sudah 5 kali panen. Rata-rata pembelinya dari luar Takalar. Saya jual Rp40.000 per kilo,” lanjut Daeng Sijaya.
Budidaya seperti ini, katanya, sangat didukung oleh Kementerian Desa (Kemendes). Karena bagian dari program ketahanan pangan.
Ikan nila itu lalu ditangkap kemudian dibakar oleh Daeng Sijaya. Setelah matang, dihidangkan bersama sambal dan raca-raca mangga.
Menu lainnya, cumi dan udang, sayur, serta burasa dan gogoso dihidangkan di atas meja panjang.
Makan bersama dengan suasana alam pedesaan tentu terasa beda. Dusun Cempagaya Timur ini walau berada tak jauh dari Jalan Poros Takalar, tapi masih terasa nuansa desanya.
Di sisi utara kolam terdapat sawah yang membentang luas, yang dibatasi jalan setapak dari paving blok.
Tampak serombongan itik berjalan di persawahan yang sudah di panen. Juga terdapat kerbau yang tengah digembalakan oleh pemiliknya.
Usai makan bersama, obrolan ringan berlangsung antara tamu dan tuan rumah. Ada pembicaraan untuk mengadakan pelatihan jurnalisme warga, mengingat Desa Tamasaju sudah punya website.
Pengembangan digitalisasi desa juga disarankan untuk berbagai keperluan. Bisa untuk promosi desa atau terkait kegiatan UMKM.
Potensi rumah pasangan Daeng Sijaya dan Bu Nasrah ini dengan kolam ikan dan saung, memberi banyak inspirasi.
Rusdin Tompo menyarankan, bagus kalau diadakan kegiatan literasi di tempat ini, termasuk literasi budaya. Nanti dibuatkan perpustakaan sebagai pendukungnya.
Lokasi ini juga cocok untuk kegiatan outing class. Anak-anak bisa belajar literasi lingkungan, mengenal beragam vegetasi yang tumbuh di situ.
Terutama untuk sekolah-sekolah yang akan mengembangkan program Adiwiyata, seperti SD Negeri Layang IV/72. Kegiatan pengenalan lingkungan dan kegiatan literasi ini, malah bagus jika dilakukan sejak masih duduk di PAUD. (*)