NusantaraInsight, Makassar — “Makassar Heritage Society”, melalui pendanaan Indonesiana Kategori Maestro, mendokumentasikan pengetahuan tradisional dalam pembuatan perahu pinisi di Tana Beru, Bira, dan Ara, 1 s.d. 7 Agustus 2025.
Wartawan media ini yang ikut dalam kegiatan tersebut 4-5 Agustus 2025 melaporkan, proses pembuatan film dokumenter tentang pengetahuan tradisional dalam pembuatan perahu tersebut dengan memperoleh informasi dari beberapa narasumber setempat.
Mereka itu adalah pakar dan pemerhati perahu penisi berkebangsaan Jerman, Horst Liebner, pelaku pelayaran M.Rusli, salah seorang yang ikut dalam pelayaran Phinisi Nusantara ke Vancouver Kanada pada tahun 1986 guna berpartisipasi dalam Expo ‘86 dengan mengarungi jarak 11.000 mil. Juga ada panrita lopi Muh.Ali, dan Halik, serta Muh.Najib.
Ketua Makassar Heritage Society, Husnul Fahima Ilyas menjelaskan, kegiatan pendokumentasian ini melibatkan Jabatin Bangun, Dosen Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dan juga Tim Ahli Warisan Budaya Tak Benda Nasional. Jabatin Bangun mengawal kegiatan pendokumentasian untuk memastikan semua aspek dalam perekaman gambar tidak ada yang terlewatkan dan lengkap.
Kegiatan pendokumentasian itu selain wawancara dengan sejumlah narasumber terkait, juga tim melakukan pelayaran antara Tana Beru ke Tana Lemo menggunakan perahu Penisi “Berkat Ilahi” yang dikelola oleh Horst Liebner. Film dokumenter ini akan menarasikan proses awal pembuatan perahu tradisional penisi hingga melaut dengan segala ritual dan prosesi upacara yang lazim dilaksanakan para “panrita lopi”.
Selain merekam hasil wawancara dengan berbagai narasumber, tim juga melakukan perekaman gambar menggunakan drone. Ubaya dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bulukumba juga ikut menerbangkan drone-nya untuk melengkapi pengambilan gambar pada saat tim menaiki speedboat menuju perahu penisi “Berkat Ilahi” untuk perekaman suara para narasumber di atas perahu penisi, Selasa (5/8/2025) siang.
Kegiatan pendokumentasian ini hingga lahirnya produksi diharapkan tuntas hingga Agustus-September 2025. Pada Oktober 2025 diikuti dengan Forum Group Discussion (FGD) guna menyampaikan hasil pendokumentasian dan menerima saran dan masukan dari pihak terkait.
“FGD ini dilaksanakan di Makassar dua kali untuk menerima apa saja masukan dari Pemda Kabupaten dan Provinsi dan UNESCO,” ujar Husnul Fahima Ilyas.
Menurut Husnul, sebelumnya dia bersama dengan Horst Liebner telah melaksanakan kegiatan pendokumentasian yang dibiayai British Museum pada tahun 2021 hingga 2023. (mda).