Dalam pengantarnya, Sukardi Weda yang aktif di sejumlah organisasi kemasyarakatan dan keagamaan ini, juga menaruh perhatian pada dinamika sosial yang mengemuka di tengah masyarakat, mulai dari isu aliran sesat, kekerasan di ruang publik, penculikan anak yang berujung konflik komunal, hingga beragam penyakit sosial lainnya yang memerlukan mitigasi sosial dan pembangunan sosial budaya.
Sebagai salah satu pijakan dalam berperilaku dan bertutur kata, dalam buku itu, dihadirkan nilai dan kearifan lokal yang tujuannya adalah untuk menginspirasi dan menambah wawasan publik guna berbuat yang lebih baik, sehingga masyarakat menjadi aman, tenteram, dan harmonis.
Dalam buku kumpulan tulisan ini Sukardi Weda berupaya memberikan buah pemikiran, ide, dan gagasan dengan maksud melakukan pencerahan kepada publik, terutama mereka yang sedang duduk di tampuk kekuasaan, atau mereka yang sedang menggenggam kekuasaan. Sementara, kepada para pengambil kebijakan, diingatkan supaya tetap berbuat sesuai dengan aturan dan konsensus yang menjadi kesepakatan dalam kehidupan sosial.
[13/4 18.18] Rusdin Tompo: Setiap penulis tentu punya cara dan gaya tersendiri dalam pengungkapan masalah, membangun premis, hingga kesimpulan, dengan menggunakan pisau analisis sesuai latar belakang keilmuan atau minatnya. Di luar urusan teknis dan kompetensi penulisan, setiap penulis menulis karena ada dorongan atau motif tertentu. Bisa itu niat untuk berbagi pengetahuan, demi pengayaan wawasan, untuk memberikan perspektif, atau alasan-alasan idealistis lainnya.
Seorang penulis, kata Rusdin Tompo, dalam pengantarnya sebagai editor, pastilah seseorang yang visioner, yang punya pandangan jauh ke depan. Bagaikan dia berada di garis pantai, dengan pandangan yang tak hanya terbatas pada kaki langit yang kasatmata. Karena tentu, nun jauh di seberang, ada kehidupan lain yang—bisa saja—lebih megah dibanding titik pijaknya berdiri.
Dari judul buku yang ditulisnya, tersurat bahwa Sukardi Weda, yang merupakan salah seorang Dewan Penasihat Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena Provinsi Sulawesi Selatan, tidak hanya menawarkan gagasan tunggal tapi beragam. Macam-macam gagasan itu, merupakan ikhtiarnya dalam mengambil peran literasi terkait dengan politik, demokrasi, kepemimpinan, dan masalah-masalah kemasyarakatan lainnya. Masalah-masalah tersebut bisa terkait dengan perguruan tinggi, persoalan hukum dan hak asasi manusia, isu gender, partisipasi generasi muda, ormas, persoalan perlindungan anak, dan media serta literasi. (*)