NusantaraInsight, Makassar — Yayasan Masyarakat Ekologi dan Reaksi Konservasi (MAERO)) berkolaborasi dengan Deco Dive Indonesia (Deconesia), Kudu-Kudu Diving Club Universitas Cokroaminoto Makassar (KKDC UCM), dan Bontosua Diving Club (BDC), Karang Taruna Ikatan Pemuda Pemudi Bontosua (IPPB) serta Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan memprakarsai kegiatan pelestarian lingkungan terumbu karang di Pulau Bontosua Kabupaten Pangkep.
Kegiatan yang dilaksanakan 31 Mei s.d 2 Juni 2024 tersebut ditujukan agar terumbu karang yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan biota laut, saat ini mengalami banyak tekanan baik dari kondisi alam maupun dari aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya kerusakan terumbu karang di beberapa tempat.
Selain aksi Transplantasi Karang, kegiatan ini juga mengumpulkan data kondisi terkini seperti kualitas perairan (parameter fisika), ekosistem (terumbu karang, padang lamun, ikan karang), hidrooseanografi (kontur, pasang surut) dan GIS (peta, flow model).
Pada kesempatan ini juga dilakukan pengenalan dasar-dasar penyelaman kepada kelompok pemuda Bontosua yang diharapkan nantinya menjadi “Pengelola Kawasan Konservasi”
Direktur Eksekutif Yayasan MAERO, Rudi Rahmat berkomitmen untuk menambah jumlah karang yang ditanam nantinya di lokasi ini dengan harapan keberadaan terumbu karang ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik itu untuk kegiatan penelitian, perikanan, pariwisata dan sebagainya.
“Saya mengajak seluruh pihak berpartisipasi aktif dalam kegiatan merehabilitasi terumbu karang yang saat ini mengalami banyak kerusakan,” harap Rudi Rachmat.
Menurut Rudi Rachmat mengatakan, kolaborasi sangat penting dalam konservasi sumber daya alam termasuk masyarakat lokal, pemerintah, dan LSM, menjadi penting dalam menjaga ekosistem laut. masyarakat lokal memiliki pengetahuan tradisional yang berharga tentang laut. Termasuk cara berkelana di lautan, membaca tanda-tanda alam,, dan cara menjaga keseimbangan ekosistem. Mereka juga sering kali menjadi penjaga area konservasi yang efektif karena memiliki kepentingan langsung dalam menjaga laut tetap lestari.
Aksi rehabilitasi terumbu karang kali ini mengusung tema “Collaborated to Conservation” dengan tujuan untuk melakukan kegiatan transplantasi karang menggunakan metode Vertical Artificial Reef (VAR) yang dilaksanakan di Pulau Bontosua, Mattiro Bone, Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Transplantasi terumbu karang ini dilakukan dengan penurunan 11 unit modul VAR, total ada 396 fragmen karang, yang setiap modul terdapat 36 bibit. (MDA).