Menyinggung dana yang digunakan untuk keseluruhan program BAZNAS Makassar, alumni Tafsir Hadist IAIN Alauddin Makassar , Magister Sosiologi Pascasarjana Unhas, Ketua Tanfidziyah Forum Santri Nasional (FSN) Sulsel 2019–2024, dan Ketua Harian Perguruan Pagar Nusa Makassar 2024 ini berasal dari para Muzakki yang menyalurkan zakat, infak, dan sedekah (ZIS)-nya ke BAZNAS Kota Makassar.
Karena itu, dalam menjalankan amanah, BAZNAS Makassar tidak boleh main main dalam hal zakat.
Seluruh jajaran BAZNAS Makassar mengetahui betul, para mustahik seperti diisyartakan dalam 8 golongan atau asnaf. Yakni, fakir, miskin, riqab atau biasa disebut sebagai hamba sahaya, gharim– orang yang memiliki hutang dan kesulitan melunasinya, mualaf, yaitu orang yang baru memeluk agama Islam untuk merasakan solidaritas.
Termasuk, fiisabilillah– pejuang agama Islam, ibnu sabil– orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan jauh, serta amil– orang yang menyalurkan zakat.
Sekadar diketahui, kehadiran Ponpes DDI Galesong Baru ini bervisi “Menuju santri berprestasi mandiri, berwawasan ke-Islaman dan berakhlakul karimah” dan bermisi “Meningkatkan prestasi akademik lulusan, meningkatkan prestasi ekstra kurikuler, meningkatkan minat baca Al-Qur’an, meningkatkan disiplin santri, dan membentuk santri yang berakhlakul karimah” ini, di tengah tengah terpaan majunya pendidikan modern di Kota Makassar, dan umumnya di Sulawesi Selatan.
Ponpes ini memiliki sejarah panjang, dengan pemuka Nahdlatul Ulama masa lalu. Sebut saja, di awal perkembangannya, Ponpes ini, juga pernah dikunjungi sesepuh NU, KH Hasyim Asy’ari.
Di Ponpes ini tali kekerabatan cukup kental, dan demikian erat. Itu terlahir, lantaran secara historis, bukan saja amat sangat membanggakan, melainkan amat sangat mulai. Amat sangat memiliki peran. Malah, amat sangat bermanfaat bagi lahirnya pemimpin ummat di masa datang. Pemimpin ummat, yang mengedepankan ajaran Ahlusunnah Waljamaah.
(din pattisahusiwa-tim media baznas kota makassar)