Untuk pertama kalinya, anak-anak dampingan kami yang tinggal di sekitar Pasar Pannampu diajak ke hotel untuk berkegiatan. Mereka rerata merupakan pekerja anak. Bahkan aktivitas mereka ada yang masuk kategori bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
Anak-anak yang biasanya jadi kuli angkut di Pasar Pannampu dan di TPI Paotere, pada hari itu tampil bernyanyi dan bermain musik atas bimbingan Romo dan Muhlis.
Saat itu, kami punya Rumah Belajar LISAN, tempat anak-anak mendapatkan pendampingan berbagai kegiatan dari staf kami, Rokiah, Ani, Dewi Sartika, dan Abd Hakim. Di sini ada kegiatan literasi dan pengembangan seni.
Kami juga membentuk Kelompok Keluarga Peduli Anak (KKPA) untuk orangtua mereka. Sehuingga kami menyasar anak-anak, orangtua, komunitas, dan pemerintah setempat.
Pada saat pelatihan CNSP itu, teman-teman jurnalis didampingi Lurah Pannampu, melihat aktivitas pekerja anak yang jadi bagian dari program kami.
Pernah pula, saya dan Pak Aswar Hasan diajak beberapa teman jurnalis ke RSUP dr Wahidin Sudirohusodo di Tamalanrea. Saya ingat, salah seorang di antara teman itu adalah Anggi S Ugart, wartawan harian Fajar.
Rupanya, ada pasien, seorang anak kecil, bernama Rangga, yang mengalami penumpukan cairan di rongga otaknya. Akibatnya, kepalanya terlihat membesar.
Anak penderita hidrosefalus itu terkendala biaya. Dia tidak bisa dioperasi. Sedih melihatnya hari itu.
Saya dan Pak Aswar diminta memberikan pernyataan untuk menggugah sekaligus menggugat sistem asuransi atau jaminan kesehatan yang pelik dan birokratis.
Namun, Pak Aswar Hasan lebih mendorong saya untuk membuat pernyataan. Alasannya, karena saya aktivis peduli anak.
Kamera TV pun dinyalakan. Saya diwawancarai. Sementara anak kecil itu tetap berbaring di tempat tidurnya.
Beberapa hari kemudian harian Fajar membuka dompet kemanusiaan untuk anak itu.
Pasien tadi, akhirnya bisa dioperasi. Belakangan, Anggi menyampaikan kalau anak malang itu telah meninggal.
Salah satu momen terbaik bersama Aswar Hasan, 8ketika saya sudah menjadi komisioner KPID Sulawesi Selatan.
Saat itu, anggaran KPID terancam bakal dipangkas. Saya lupa berapa besarannya, tetapi yang pasti akan berpengaruh terhadap sejumlah program yang kami sudah susun.
‘Pemotongan anggaran’ ini terjadi di sejumlah instansi.
Apa penyebabnya? Kala itu, Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu’mang, baru terpilih sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, periode 2008-2013. Pasangan Sayang–demikian tagline keduanya–mau melaksanakan janji politiknya, berupa pendidikan dan kesehatan gratis.