Selain berfungsi mengurai sampah, lanjut Munafri, sistem biopori juga berperan besar mencegah banjir dengan mempercepat resapan air ke tanah. Sementara itu, hasil olahan sampah seperti pupuk dan eco-enzyme dapat digunakan untuk urban farming, yang tengah dikembangkan pemerintah di dua lokasi percontohan.
“Kita ingin menunjukkan bahwa bertani tidak harus di desa. Kota juga bisa. Dari sisa dapur bisa jadi pupuk, dari biopori bisa menumbuhkan tanaman, dari maggot bisa jadi pakan ikan dan ayam. Semua punya nilai ekonomi,” ujar Munafri.
Lebih jauh, Ia menyampaikan keberhasilan Pemkot Makassar yang tidak termasuk dalam 336 daerah darurat sampah nasional berdasarkan keputusan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Ia menyebut capaian ini sebagai bukti nyata hasil intervensi Pemkot bersama masyarakat dalam menangani persoalan sampah secara berkelanjutan.
Sementara itu, Ketua Permabudhi Kota Makassar, Suzanna, menyampaikan bahwa gerakan Bioberkah menjadi bentuk sukacita dukungan umat Buddha terhadap program pemerintah.
Sebanyak 1.000 pipa biopori akan dibagikan kepada umat Buddha di seluruh vihara di Makassar, dengan 120 pipa pertama diserahkan secara simbolis pada kegiatan tersebut.
“Kami ingin berkontribusi untuk Makassar yang lebih bersih. Mungkin kelihatannya sederhana, tapi ini langkah spiritual untuk belajar ‘lebih repot’ demi masa depan yang lebih baik. Gerakan ini juga menjadi cara kami menyatukan berbagai aliran umat Buddha melalui semangat peduli lingkungan,” jelas Suzanna.
Ia menambahkan, apa yang dilakukan umat Buddha hari ini merupakan bentuk dukungan nyata masyarakat terhadap kebijakan Pemkot Makassar. Gerakan Bioberkah diharapkan menjadi bagian dari rantai perubahan besar menuju kota yang tidak hanya bersih, tetapi juga mandiri dan lestari.(*)


br






br






