Maniwa juga bekerja sama dengan sejumlah universitas untuk mendukung penelitian dan pengembangan teknologi pengelolaan sampah.
Saat ini, kota tersebut telah berhasil mentransformasi sistem pengolahan sampah dari 100 persen pembakaran menjadi sistem energi terbarukan berbasis nol carbon.
“Fokus kami di Makassar adalah pada pengelolaan sampah organik, karena potensinya sangat besar. Kami akan menyusun rencana bersama dan melibatkan berbagai pihak agar pengelolaan sampah bisa berjalan baik dan berkelanjutan,” tegasnya.
Sementara itu, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menyambut antusias kerja sama ini sebagai bagian dari transformasi besar dalam pengelolaan ramah lingkungan hidup di Makassar.
“Makassar menjadi salah satu dari 12 kota yang ditunjuk untuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa),” ungkapnya.
“Kita sudah siapkan roadmap pengelolaan sampah menuju target zero waste dalam lima tahun, dimulai dari lingkup pemerintah dan pendidikan,” tambah Wali Kota.
Program yang telah dijalankan mencakup edukasi pemilahan sampah sejak dini di sekolah-sekolah, integrasi dengan bank sampah, serta pengelolaan sampah organik oleh sektor swasta seperti hotel dan asosiasi pengusaha.
Pemerintah Kota juga tengah menjajaki penggunaan teknologi canggih untuk mengolah kembali timbunan sampah di TPA Antang menjadi RDF (Refused Derived Fuel).
Munafri Arifuddin, menegaskan komitmennya untuk membawa Makassar menjadi kota ramah lingkungan dan bebas dari sampah dalam lima tahun ke depan.
Hal itu disampaikan dalam pertemuan bersama perwakilan Kota Maniwa, Jepang, dan Yachiyo Engineering Co. Ltd di Balai Kota Makassar.
“Salah satu kami masih bahas PSEL, ini sudah dimulai sejak tahun lalu, dan kami menunggu arahan dari Presiden untuk tahap implementasi penuh. Kami siap menjalankannya sesuai kebijakan nasional,” ujar Munafri.
Sebagai bagian dari rencana besar pengelolaan lingkungan, Pemerintah Kota Makassar telah menyusun roadmap pengelolaan sampah yang ambisius, yakni menjadikan Makassar kota dengan nol persen sampah sebelum tahun kelima kepemimpinan Munafri–Aliyah.
“Kami memulainya dari lingkungan pemerintahan. SD dan SMP juga sudah kami libatkan dalam gerakan pemilahan sampah. Setiap anak diwajibkan membawa dua jenis sampah ke sekolah—organik dan nonorganik sebagai bagian dari edukasi lingkungan,” jelasnya.
Sampah nonorganik, lanjutnya, akan dikelola melalui jaringan bank sampah, sementara sampah organik akan diproses oleh pihak swasta seperti hotel dan asosiasi pengusaha. Pemerintah juga melibatkan pelaku urban farming untuk memanfaatkan limbah organik secara produktif.