Oleh: Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum., MCE (Rektor Kampus Lorong K-Apel)
NusantaraInsight, Makassar — Sebuah langkah bersejarah tercatat di lorong kecil yang kini dikenal sebagai Kampung Wisata Literasi. Wali kota Makassar, Munafri Arifuddin, S.H., secara resmi mengunjungi kampung wisata literasi pertama di kota ini pada Sabtu (tanggal disesuaikan).
Kehadiran beliau menjadi tanda dukungan penuh Pemerintah Kota terhadap inisiatif warga dalam menghidupkan lorong sebagai pusat literasi, pemberdayaan UMKM, dan destinasi wisata berbasis pengetahuan.
Kampung Wisata Literasi lahir dari sebuah ide sederhana: bagaimana menjadikan lorong yang dulunya sepi menjadi ruang hidup yang bernilai.
Dari lorong Daeng Jakking, lahirlah prasasti pertama yang menandai berdirinya Kampung Wisata Literasi.
Ide ini tidak muncul begitu saja, melainkan hasil kolaborasi komunitas, akademisi, dan pegiat literasi yang percaya bahwa membaca, menulis, dan berkarya bisa tumbuh dari lorong-lorong kota.
Peran penting dalam lahirnya kampung ini datang dari beberapa tokoh. Rahman Rumaday, founder Komunitas Anak Pelangi, bersama Dr. Dirk Sandarupa, M.Hum., MCE menggagas nama Kampung Wisata Literasi.
Dukungan besar juga datang dari Arone Awing, pelopor Komunitas Anak Pelangi, yang sejak awal konsisten mendorong gerakan literasi di lorong. Kolaborasi ini menjadi pijakan awal yang kini berkembang menjadi gerakan bersama warga.
Tidak hanya menghadirkan ruang baca dan kegiatan kreatif, di dalam Kampung Wisata Literasi juga tumbuh Kampus Lorong—sebuah inisiatif pendidikan alternatif yang membuka kelas diskusi, kuliah terbuka, hingga pendampingan masyarakat.
Gerakan ini turut membersamai Dr. Sumarlin Rengko HR., M.Hum. bersama para dosen Aruna yang aktif memberikan kontribusi pemikiran, riset, dan pengajaran di tengah masyarakat.
Selain menjadi pusat literasi, kawasan ini juga berkembang sebagai ruang pemberdayaan **UMKM Pariwisata**. Warga lorong dilibatkan dalam usaha kecil seperti kuliner khas, kerajinan tangan, hingga jasa wisata lokal.
Dengan begitu, Kampung Wisata Literasi tidak hanya menghidupkan budaya membaca, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar.
Dalam kunjungannya, Walikota Makassar menyampaikan apresiasi yang tinggi. “Kampung Wisata Literasi ini bukan sekadar tempat membaca, tetapi simbol perubahan. Dari lorong, lahir gerakan yang mampu membangun karakter warga kota,” ujarnya.