Kadis Perpustakaan Kota Makassar, Dr Aryati Puspasari Abady, Motivasi Pelajar untuk Menulis

“Semua anggota tubuh kita merupakan sumber ide. Kita bisa memulai kalimat pembuka tulisan dengan menggunakan anggota tubuh tersebut,” paparnya.

Dia lantas berbagi pengalaman mendampingi beberapa murid Sekolah Dasar yang berhasil menerbitkan buku. Karena itu, dia meminta mereka menulis tema-tema yang dekat dengan lingkungannya, termasuk di sekolah.

“Kalian bisa menulis seputar Sekolah Ramah Anak, Sekolah Adiwiyata, atau Gerakan Literasi Sekolah, sehingga bisa diketahui sudut pandang anak-anak mengenai hal itu,” imbuhnya.

Rusdin Tompo menghadirkan sejumlah contoh bagaimana orang dikenang dan terkenal karena karya-karyanya dalam bentuk tulisan. Menurutnya, kita sebagai orang Sulawesi Selatan mewarisi gen semangat literasi dari para leluhur.

Buktinya, ada lukisan figuratif ribuan tahun lalu di gua Leang-Leang Karampuang, Geopark Maros-Pangkep, dan kita punya aksara Lontaraq, yang sudah diperdakan. Selain itu, kita punya tokoh seperti Retna Kencana Colliq Pujie dan Daeng Pamatte, serta tokoh-tokoh yang sudah mendedikasikan hidupnya untuk terus merawat peradaban.

Pada kesempatan itu, Rusdin Tompo menyerahkan buku SATUPENA Menulis Sulawesi: Jejak, Luka, dan Cahaya kepada Kadis Perpustakaan Kota Makassar, Aryati Puspasari Abady. Buku ini merupakan kumpulan tulisan anggota SATUPENA yang berasal dari Pulau Sulawesi.

BACA JUGA:  Appi Pantau TPA Antang, Fokus Kurangi Tumpukan dan Benahi Akses Jalan

Peserta kegiatan Layanan Kusuka ini bukan hanya pelajar SMP tetapi juga guru-guru pendamping mereka. Di antara peserta ada yang sudah rutin menulis, bahkan mencoba membuat novel.

Hadir pula Kabid Layanan, Alih Media dan Teknologi Informasi Perpustakaan, Andi Bau Ismail Sawa, dan Kabid Pengembangan Koleksi dan Pelestarian Naskah Kuno, Irnayanti.

Sejumlah staf dan pustakawan Dinas Perpustakaan Kota Makassar juga hadir, antara lain Muliawati, SE, dan Tulus Wulan Juni. (*)