News  

Kunjungi DPK Enrekang, Dr. Basri: Jaga Arsip, Menghindari Konflik Perbatasan

NusantaraInsight, Enrekang — Kepala Bidang Kearsipan (Kabid) Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Provinsi Sulawesi Selatan Dr. Basri, S.Pd.,M.Pd melakukan audiensi ke Kantor DPK Kabupaten Enrekang, Jumat (20/6/2025).

Dr. Basri diterima langsung oleh Kepala DPK Enrekang Drs. H.Haidar, M.M dan Sekretaris DPK Enrekang Amirullah,S.Si di ruang kerja Kepala DPK Enrekang.

Dalam keterangannya kepada media ini, Jumat (20/6/2025) Dr. Basri menyampaikan bahwa kunjungan ini dalam rangka membicarakan arsip-arsip perbatasan.

“Arsip yang dibicarakan itu mengenai perbatasan kabupaten Enrekang, Pinrang, Sidrap, Tana Toraja dan Mamasa serta Luwu. Ini bertujuan agar tidak terjadi konflik di perbatasan baik karena sumber daya alam maupun wilayah administratif semata,” ungkapnya.

Contoh terbaru, lanjut, Ketua Asosiasi Arsiparis Indonesia (AAI) Sulsel ini, adalah polemik empat pulau antara Provinsi Aceh dan Sumatera Utara.

“Kita ketahui Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, Pulau Lipan, dan Pulau Panjang yang sebelumnya merupakan wilayah administratif Aceh lalu dengan putusan Mendagri pada April 2025 ini masuk ke Sumatera Utara, sehingga menimbulkan polemik dan warga Aceh sempat bergolak,” tuturnya.

BACA JUGA:  Luwu Timur Diusulkan Mekar Jadi Dua Kabupaten, As'ad Mandas: ini Langkah Masuk Akal

“Disinilah peran arsip dalam menjaga konflik sehingga tidak membesar. Sebagaimana kita ketahui, last time keputusan Presiden Prabowo, arsip keputusan Menteri Dalam Negeri Rudini melalui Kepmendagri Nomor 111 Tahun 1992 tanggal 21 November 1992 ditemukan di gedung Arsip Nasional Republik Indonesia,” jelas Dr. Basri lagi.

“Penemuan arsip pada tahun 1992 ini yang memperkuat posisi Pulau Mangkir Gadang, Mangkir Ketek, Pulau Lipan, dan Pulau Panjang yang juga secara historis adalah milik Aceh dan masuk di kabupaten Aceh Singkil,” beber Dr. Basri yang juga Wakil Ketua PGRI Sulsel.

“Kesimpulannya jika kita menjaga Arsip, maka akan mengindari konflik perbatasan daerah,” imbuhnya.

Selain itu, Dr. Basri juga membicarakan terkait arsip keluarga. Menurutnya arsip keluarga sangat penting, baik itu dilakukan dengan cara digitalisasi atau analog.

“Pentingnya menjaga Arsip keluarga untuk mengantisipasi misalnya terjadi bencana, banjir, kebakaran dan lain-lain,” tambahnya.

“Maka dari itu, jika kita menjaga Arsip, selain kita menjaga peradaban, menjadi memori kolektif dan juga menjaga konflik,” tutupnya.