News  

Ketika RRC Bersiaran dan Gelar Pertunjukan di RRI Makassar

Pada tahun 1967, Kepala Stasiun (Kepsta) RRI Makassar adalah Muhammad Sani, yang banyak memberi warna dalam perjalanan radio ini.

Di masanya, diselenggarakan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) yang pertama di Makassar. MTQ tahun 1968 itu mendapat dukungan Walikota Makassar, HM Daeng Patompo, dan Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan, Achmad Lamo.

RRI Makassar berkembang setelah pindah dari Jalan Rajawali ke alamat yang sekarang d Jalan Riburane. Stasiun radionya menempati lahan eks Taman Wilhelmina (Wilhelmina Park). Posisinya stategis, di antara Fort Rotterdam dan gedung Societeit de Harmonie.

Iwan Azis ingat dengan baik, beberapa penyiar RRI Makassar, kala itu. Ada Latif Kamaruddin, Roswati Abbas, dan M Hasyim Ado. Hasyim Ado bahkan tak cuma bersiaran di RRI Ujung Pandang, tapi juga di TVRI Ujung Pandang.

Kegiatannya di RRI terbilang wah karena dia dan teman-teman RRC-nya mengadakan pertunjukan drama di aula lama. Salah satunya, drama berjudul “Hatinya Suci Kembali”, yang disutradarai Fahmi Syarif. Mereka juga menggelar konser musik.

Kegiatan lainnya berupa balapan sepeda motor dengan membuat sirkuit darurat di bundaran Tugu Selamat Datang di Jalan Riburane. Poltabes Makassar kemudian mengajak mereka untuk bekerjasama. Lalu menggelar balapan motor di jalan depan Pelabuhan Sukarno-Hatta sampai ke pabrik terigu.

BACA JUGA:  Wali Kota Makassar Panen Cabai Rawit di Pesantren Gombara

“Kegiatan ini punya dampak ke masyarakat, tapi dulu itu belum ada istilah kegiatan sosial,” kata Iwan Azis.

Banyak anak-anak SMA bergabung dengan RRC untuk menyalurkan ekspresi dan bakat seninya.

Beberapa teman RRC lantas jadi penyiar RRI, antara lain Mustakim Tinulu, Munir Amin, dan Iksan Amar. Mereka ini seniman pada masa itu.

RRC ini menyebar ke seluruh Indonesia. Ini komunitas kayak sahabat pena. Mereka sesama fans RRI saling berkomunikasi di udara tanpa pernah bertemu.

“Dahulu itu RRI sangat dikagumi. Ada kebanggaan bila mejjadi bagian dari RRI. RRI menjadi semacam kampus kedua bagi teman-teman seniman,” lanjut Iwan Azis.

Kami bahkan bikin pertunjukan di RRI dengan menjual tiket. Dan penonton selalu banyak. Orang senang kalau bisa menginjakkan kakinya di RRI.

Mereka senang kalau bisa berbicara dan bersiaran di RRI karena didengar banyak orang. Itulah mengapa kami punya kemampuan berbicara karena sudah terlatih di RRI.

Iwan Azis mengakui, RRI punya peran dalam memajukan kesenian di Kota Makassar. RRI memberi ruang bagi seniman untuk mengembangkan kemampuan seni mereka.

BACA JUGA:  Unhas Salurkan Bantuan untuk Warga Korban Banjir di Sulsel

Ini semacam simbiosis mutualisma. Sebab siaran itu juga berdampak pada program dan pendengar RRI yanv kala itu masih merupakan radio pemerintah.