News  

Kebersamaan, Nilai yang Tak Bisa Dibeli

Dalam bahasa rahasia para sufi, manusia baru benar-benar hidup jika ia berhasil keluar dari “anasiyyah” >ke-aku-an< yang sempit dan masuk ke ruang luas bernama kebersamaan. Karena di sanalah keberkahan berkumpul, sebagaimana hadis Nabi : “Tangan Allah bersama jamaah.”

Mungkin itu sebabnya kebersamaan membuat hal yang sedikit terasa melimpah. Satu piring kecil bisa jadi terasa seperti pesta jika dimakan bersama. Satu perjalanan pendek bisa berubah menjadi kenangan panjang jika ditemani sahabat yang tepat. Seperti kata seorang ulama tasawuf, “Kekayaan bukan pada apa yang kau miliki, tapi pada dengan siapa engkau berbagi.”

Petualangan bersama sahabat selalu punya aroma yang berbeda. Ada energi yang muncul, semacam cahaya di dada yang menyala lebih terang. Kita tertawa lebih lepas, melangkah lebih ringan, dan berbicara lebih jujur. Dalam kebersamaan, kita menjadi versi terbaik dari diri sendiri tanpa topeng, tanpa menjaga citra, tanpa merasa harus selalu benar.

Kadang saya berpikir, mungkin inilah makna dari ungkapan :
“Teman yang baik adalah cermin yang bersih; engkau melihat dirimu di dalamnya tanpa cela yang disembunyikan.”

BACA JUGA:  LPS Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis dan Donor Darah di 5 Kabupaten Sulawesi Selatan

Kebersamaan itu mahal. Sangat mahal. Bukan karena perlu biaya untuk bertemu, tapi karena ia menuntut sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang yakni hati yang tulus. Maka hanya orang tertentu yang mampu “membelinya” mereka yang peduli, mereka yang hadir, mereka yang tahu bahwa kebersamaan bukan tentang waktu yang panjang, tetapi tentang kehadiran yang penuh.

Bagi saya, *nilai kebersamaan bukan berasal dari seberapa banyak yang kita punya. Tapi bagaimana kita memperlakukan orang di sekitar kita tanpa kalkulasi, tanpa hitung-hitungan. Karena orang yang selalu menghitung tidak akan pernah merasa cukup, sementara orang yang memberi tanpa catatan akan selalu merasa kaya.*

Saya teringat nasihat Imam Al-Ghazali :
“Harta yang dibagi tidak akan habis. Tetapi hati yang dibagi akan bertambah luas.”

Dan mungkin di situ letak rahasia terhalus dari kebersamaan yakni ia membuat hati kita ikut tumbuh.

Dan pada akhirnya, saya sampai pada satu kesimpulan kecil untuk diri saya sendiri yaitu
*kebersamaan tidak diukur dari panjangnya waktu, tapi dalamnya rasa.*

BACA JUGA:  Rayakan HUT ke-5, Publikasionline.id Berkunjung ke ANRI Jakarta

Ia bukan tentang siapa yang selalu ada, tapi siapa yang tetap tinggal ketika yang lain pergi. Ia bukan tentang jumlah teman di sekeliling kita, tapi tentang satu jiwa yang membuat kita merasa tidak sendirian.

Dan mungkin, hanya mungkin, kebersamaan adalah salah satu cara Tuhan berkata,
“Aku tidak ingin engkau melewati hidup ini sendirian.”

br