“Konvoi bantuan mendapat kecaman dan secara sistematis tidak diberi akses kepada orang-orang yang membutuhkan. Pekerja kemanusiaan telah dilecehkan, diintimidasi atau ditahan oleh pasukan Israel, dan infrastruktur kemanusiaan telah terkena dampaknya,” katanya.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan pihaknya “siap untuk segera memperluas dan meningkatkan operasi kami jika ada perjanjian gencatan senjata”.
Sementara itu, “risiko kelaparan dipicu oleh ketidakmampuan untuk membawa pasokan makanan penting ke Gaza dalam jumlah yang cukup dan kondisi operasi yang hampir tidak mungkin dihadapi oleh staf kami di lapangan,” kata Carl Skau, wakil direktur eksekutif WFP, kepada AFP. DK PBB.
“Jika tidak ada perubahan, kelaparan akan segera terjadi di Gaza utara,” tambahnya.
WFP pada awal bulan ini menghentikan pengiriman bantuan pangan ke Gaza utara, yang hampir sepenuhnya terputus dari bantuan sejak akhir Oktober, setelah konvoi mereka diserang oleh tembakan Israel dan dijarah oleh warga Palestina yang putus asa dan kelaparan.
Badan-badan PBB mengatakan semua rencana konvoi bantuan ke wilayah utara telah ditolak oleh otoritas Israel dalam beberapa pekan terakhir. Terakhir kali diizinkan masuk adalah pada 23 Januari, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Rekan-rekan WFP mengatakan kepada kami bahwa mereka memiliki persediaan makanan di perbatasan dengan Gaza dan, dengan kondisi tertentu, mereka akan mampu memberikan makanan kepada 2,2 juta orang” di seluruh Jalur Gaza, Stephane Dujarric mengatakan kepada wartawan.
“Hampir 1.000 truk yang membawa 15.000 metrik ton makanan berada di Mesir siap berangkat,” katanya.