Kisah Seorang Ibu, Hanya untuk Popok Bayi Rela Pertaruhkan Nyawa

Bayi Aida
Bayi Aida yang lahir di tengah perang yang berkecamuk

“Apakah ini situasi yang berkelanjutan?” tanyanya.

Untuk keperluan bayinya, Aida harus beralih ke solusi lain. Kadang-kadang dia pergi ke kamar bayi di rumah sakit terdekat, berharap mereka punya sisa untuk bayinya.

Bayi Aida
Bayi Aida yang lahir di tengah perang yang berkecamuk

Namun setiap sen yang dibelanjakan Aida untuk membeli popok berarti satu sen lebih sedikit untuk kebutuhan lainnya.

“Jika popok semahal ini, bagaimana saya bisa membeli perlengkapan lainnya? Saya dan anak-anak saya baru makan satu kali sejak kemarin malam.” keluhnya.

“Bahkan tidak bisa membeli makanan, tentu saja, jika popok langka, susu formula bayi pun demikian,” pungkasnya

Sama halnya yang dialami oleh Nariman Abu al-Saud, ia melahirkan seorang putri pada tanggal 9 Oktober, dua hari setelah perang dimulai.

“Dengan harga saat ini, saya bahkan tidak bisa membeli makanan untuk anak-anak saya,” katanya.

Bayi perempuan saya mengalami infeksi kulit yang parah karena saya tidak bisa mendapatkan popok,” katanya.

BACA JUGA:  Pemerintah Bahas Skema Keberlanjutan Tenaga Honorer