Oleh Aslam Katutu
NusantaraInsight, Makassar — Meskipun Global March to Gaza (GMTG) dinyatakan batal pada tanggal 16 Juni 2025, apakah langkah ini terhenti total untuk gerakan solidaritas untuk Palestina????
Jawabannya : TIDAK !!!
Persoalan kemanusian, saat ini bukan lagi sekedar persoalan Penjajahan Zionis Israel terhadap palestina, tapi bencana kemanusian yang dilakukan manusia biadab terhadap manusia tak berdaya. Di tengah dentuman bom yang tak kunjung henti, di balik reruntuhan bangunan dan jerit pilu warga sipil yang tak bersenjata, namun ada suara yang terus menggema: suara solidaritas dari seluruh penjuru dunia.
Suara itu lalu terwujud dalam aksi nyata bertajuk Global March to Gaza (GMTG) — sebuah gerakan global lintas negara yang digelar dengan semangat kemanusiaan yang tak tergoyahkan.
Sejak agresi brutal Israel atas Gaza kembali memuncak akhir 2023 dan memasuki tahun 2024, dunia menyaksikan salah satu bencana kemanusiaan terparah dalam sejarah modern. Ratusan ribu warga Gaza kehilangan tempat tinggal, infrastruktur hancur, dan korban jiwa terus bertambah.
Dalam kondisi ini, GMTG kembali hadir sebagai simbol perlawanan damai dan seruan moral atas keadilan bagi Palestina.Hingga sampai detik ini kebiadaban terhadap nilai kemanusiaan dengan membloke bantuan kemanusiaan buat korban di Gaza.
Global March to Gaza adalah gerakan aksi damai internasional yang bertujuan menembus blokade Gaza dan menunjukkan solidaritas kepada rakyat Palestina yang hidup dalam penjajahan dan keterasingan. Gerakan ini bukan milik satu negara, satu organisasi, atau satu agama. Ia adalah milik semua orang yang peduli pada hak asasi manusia, kebebasan, dan keadilan.
GMTG pertama kali digagas pada 2012, dan sejak itu menjadi gerakan periodik yang menandai komitmen global untuk Palestina. Dalam edisi 2025, GMTG mendapatkan gaung yang jauh lebih besar, didorong oleh eskalasi kekerasan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Gaza dan meningkatnya kesadaran publik global, terutama generasi muda, terhadap isu-isu kemanusiaan.
Gelombang demonstrasi dan long march menuju Gaza diluncurkan dari berbagai titik perbatasan negara-negara tetangga Palestina. Ribuan aktivis dari Yordania, Mesir, Lebanon, dan Suriah mencoba mendekat ke Gaza, meskipun akses fisik ke wilayah itu masih sangat terbatas akibat blokade militer Israel yang ketat.
Di Yordania, ribuan orang berkumpul di Karama, dekat perbatasan dengan Tepi Barat, membawa spanduk bertuliskan “Gaza Bukan Sendiri”. Di Mesir, tekanan publik meningkat untuk membuka kembali perlintasan Rafah yang sering kali ditutup. Di Turki, demonstrasi akbar diselenggarakan di Istanbul dengan dukungan LSM dan ormas Islam yang menyerukan pengakhiran genosida terhadap rakyat Palestina.