News  

Diusulkan, RS Unhas Jadi RS A.Amiruddin

A.Amiruddin
Pada peluncuran buku “A.Amiruddin, Nakhoda dari Timur” di Unhas Hotel & Convention”, Jumat (7/3/2025) petang, berkembang keinginan memberi nama A.Amiruddin pada Gedung Rektorat Universitas Hasanuddin menjadi “Gedung A.Amiruddin”.

Amiruddin merupakan pemimpin pertama di Indonesia yang awal memikirkan kesejahteraan karyawan yang dipimpinnya dengan membangun perumahan. Tidak hanya itu, sebut Sadly, yang paling fenomenal adalah pembangunan kampus baru Tamalanrea. Kisah bermula, saat Makassar diguyur hujan berhari-hari, kampus Baraya pun tergenang air. Amiruddin meminjam mobil yang biasa dikendarai Sadly, karena sedan Kongswood DD 13 warna merah tidak mungkin melabrak genangan air di kawasan Fakultas Pertanian.

Saat melintas di genangan air tersebut, mobil yang dikemudikan sendiri oleh Amiruddin dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Sjarig Thajeb duduk di sebelah kirinya, masuk lubang dan mogok. Pada saat Amiruddin berusaha menghidupkan mesin mobil, Sjarif Thajeb mencegahnya.

“Tunggu, pindah…pindah!!!,” titah Sjarif Thajeb setelah melepaskan pandangan ke seliling gedung kampus yang tergenang air.

Mendengar ucapan Sjarif Thajeb tersebut, Amiruddin langsung menangkap dalam kesempatan pertama, akan memindahkan kampus dari Baraya ke suatu tempat yang baru, yang kemudian dipilih Tamalanrea.

Sjarif Thajeb pun meletakkan batu pertama pembangunan kampus baru 15 Juni 1976 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto 17 September 1981, setahun sebelum “sang Nakhoda dari Timur” menuntaskan masa jabatannya di Unhas.

BACA JUGA:  Cumlaude, Ketua BAZNAS Makassar Raih Gelar Doktor

Kader Amiruddin

Prof.Basri Hasanuddin, M.A. mengaku sangat dekat dengan Amiruddin karena menjadi bawahannya selama menjabat Rektor Unhas.

“Basri, saya minta kamu membantu saya memikirkan Unhas. Saya kasih kesempatan kamu memikirkan sumber daya Unhas. Saya tidak punya waktu memikirkan ini, kamu yang memikirkan dan laksanakan, ” pinta Amiruddin saat melihat Basri Hasanuddin baru kembali dari Filipina, sebagaimana diungkapkan Basri pada peluncuran buku tersebut.

Setelah menyampaikan permintaannya itu, Amiruddin memerintahkan bawahannya menerbitkan surat keputusan pengangkatan doktor lulusan universitas di Filipina ini sebagai Ketua Tim Pengembangan Staf Akademik Unhas. Setelah menerima surat keputusan tersebut, Basri kaget. Pasalnya, Unhas yang memiliki nama besar pada waktu itu baru memiliki 11 dosen berkualifikasi doktor dan sejumlah master. Setelah itu, Unhas mengirim tenaga dosen untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang master dan doktor ke berbagai negara di Amerika, Eropa, dan Australia di samping negara Asia, khususnya Jepang.

“Mereka yang kemudian memimpin Unhas adalah buah dari program yang dicanangkan oleh Amiruddin karena apa yang dikerjakannya adalah apa yang dikatakannya,” kata Basri Hasanuddin, sambil menambahkan, Amiruddin merupakan orang yang “saya kagumi, hormati dan membanggakan.