Orientasi dan Integritas Perguruan Tinggi Dipersoalkan

Dalam sesi interaktif, beragam tanggapan, kritikan dan masukan muncul. Salah satu peserta menyoroti kampus yang belum ramah terhadap mahasiswa dengan kebutuhan khusus, serta pentingnya peran keluarga dalam membekali moral anak sebelum memasuki dunia kampus. Seorang peserta bahkan menyindir: “Kalau mau kaya, jadilah pengusaha. Kalau ingin jabatan, jadilah politisi. Tapi kalau ingin hidup sederhana, jadilah dosen atau pendidik.” Pernyataan ini disambut gelak tawa para peserta.

Penanggap terakhir dari peserta menyampaikan bahwa kampus adalah salah satu medan perjuangan yang mesti tetap dijaga. Karena, kalau kita mau bangkit dan memajukan peradaban, jalannya mesti lewat pendidikan. Dan pendidikan di perguruan tinggi, sejatinya adalah ruang memanusiakan manusia. Di mana proses untuk mengaktualkan berbagai potensi manusia terus berlangsung, sehingga benar-benar menjadi manusia seutuhnya.

Ketiga pemantik sepakat bahwa meski banyak masalah, kampus masih bisa menjadi ruang perjuangan. Firman mengajak semua pihak untuk memulai perubahan dari hal-hal kecil. Selvy menekankan pentingnya kampus yang humanis dan peduli pada mahasiswa. Sementara Reza berharap, ruang-ruang kritis bagi dosen dan mahasiswa bisa kembali tumbuh.

BACA JUGA:  Penyuluhan Pola Jarak Tanam Pohon oleh KKN 113 Unhas di Kabupaten Gowa

Antusiasme peserta dalam Diskusi Ma’REFAT INFORMAL MEETING ini terlihat dari munculnya beberapa tanggapan dari peserta. Agenda ini dihadiri oleh peserta yang berasal dari berbagai kalangan, baik dari akademisi, NGO, ASN, karyawan swasta serta mahasiswa. (Why)