Oleh: Subagusa Rumain (Aktivis Pemuda SBT)
NusantaraInsight, Makassar — Di sebuah negeri matahari naik, kehidupan manusia telah bermuara sekitar ribuan tahun yang lalu hingga memasuki abad kemajuan. Sampai saat ini, namun masih jauh dari keindahan diksi-diksi kemajuan peradaban manusianya atau rakyatnya. Dunia telah mengalami perubahan yang signifikan terstruktur, metode yang baru menjadi dasar berfikir dan berinovasi untuk menghasilkan nilai bisa dapat diperhitungkan di mata dunia.
Ribuan manusia yang hidup mendiami suatu pulau terbesar di pulau Seram Bagian Timur, kini saling berburu dalam menduduki puncak kekuasaan, baik itu berkuasa atas ruang dan merebut hak orang lain atas ruang tersebut yang tidak diperhitungkan sekalipun dari orang lain yang dianggap tidak mampu. Inilah wajah manusia zaman sekarang diketemukan di negeri para raja-raja matahari naik.
Dulu kehidupan yang kaya akan penghormatan terhadap hak, adat, hutan, kearifan lokal kini menjadi sunyi senyap melebur dalam kekuasaan semata namun kurangnya keindahan dan bersahabat dengan alam serta manusia. Kekayaan alam maupun kekayaan adat budaya kini telah dirampas, hak adat dengan menyakinkan kepada masyarakat bahwa perubahan adalah jalan menuju peradaban dan pembangunan skala berkebutuhan khusus, dengan kata lain mereka mengkonversikan hutan sebagai tempat pembukaan ruang bagi pekerjaan baru kepada masyarakat. Itu hanyalah iming-iming para penjilat kekuasaan di negeri kaya akan keberagaman mulai dari Werinama, Kesui, Teur, Pulau Gorom, sampai Tanah Besar.
Kehancuran suatu bangsa atau daerah adalah ketika pemimpinnya tidak pandai dan mampu mengelola, mengurusi dan melayani kebutuhan masyarakatnya dengan baik, maka akan menciptakan peluang bagi segelintir orang yang merasa memiliki ruang itu kemudian segala kearifan lokal diabaikan begitu saja. Atas keserakahan pemimpin, ia telah mengubur harapan dan cita-cita anak muda dan masyarakat bermimpi besar dalam pembangunan daerah amat dicintainya.
Aku mengamati sebuah pemerintahan yang belum diletakkan tata kelola pemerintahannya dengan baik, efektif, dan efesien. Alhasil merambah kepada perampasan atas sistem tidak stabil. Menyoroti dari sistem pemerintahan daerah, di mana letak good governance terlihat ambisius, apalagi saat ini konflik pemetaan atau pengangkatan dan pemberhentian pejabat aparatur desa kurang intoleran karena dianggap bahwa siapa saja yang memiliki ruang terhadap pemenangan politik makai ia dapat berbisik kepada pemimpin bahwa rekomendasi sekian untuk penempatan pejabat pemerintahan desa.







br






