Oleh M.Dahlan Abubakar
NusantaraInsight, Makassar — Berbagai alat bantu dibawa pengunjung yang hendak menikmati pantai pasir Gusung Tallang (Gustal) Kota Makassar. Saya sendiri membawa alat bantu kacamata air. Gunanya ada dua. Melindungi air langsung mengenai mata yang bisa membuatnya pedis.
Kedua, bisa menyaksikan pemandangan bawah laut kalau kita menyelam. Saya dan istri membawa kacamata air.
Pengunjung yang lain membawa alat bantu juga. Seperti seorang pensiunan Bank Rakyat Indonesia (BRI) asal Aceh yang juga teman dari Ir. H.Ahmad Rijal. Pria yang sudah betah tinggal di Makassar ini terlihat tetap mengapung, meskipun di bagian laut yang dalam.
Saya mengira dia terus menggerak-gerakkan kakinya, menahan tubuhnya tidak tenggelam. Ternyata tidak. Di punggungnya melengket sebuah pelampung pipih warna biru yang terbuat dari karet busa yang anti air. Karet busa padat itu terikat menggunakan gasper dengan tubuhnya di bagian depan.
Pelampung ini cukup mampu menahan tubuh pemakainya tetap mengapung di atas permukaan laut. Apalagi berat jenis air laut lebih rendah yang memungkinkan tubuh manusia tetap mengapung, dibandingkan air tawar yang jika tidak menggerakkan kaki, seseorang akan terus turun ke dasar air.
Ketika saya tanya di mana membeli alat bantu ini, ternyata dari belanja daring (online shop). Setelah dipesan, tiga sampai lima hari sudah tiba.
“Harganya sangat jauh lebih murah dengan kalau beli di Makassar,” dia menambahkan, membuat saya juga berniat memesan secara daring.
Salah seorang pengunjung lain lebih lucu lagi. Pada saat dia berenang menjauh dari pantai, tampak sebuah tas kecil yang terikat dengan tubuhnya selalu mengikut di belakangnya. Rupanya, di dalam tas yang mengapung itu berisi dua bola plastik yang berfungsi sebagai pelampung. Jadi ke mana pun tas yang terikat itu akan mengikuti ‘tuan’-nya, tempat bagian tas itu diikatkan.
Kalau tidak salah yang menggunakan pelampung yang tersembunyi di dalam tas ini adalah dr.Abdul Karim, pria yang menyalami saya saat hendak menaiki speedboat di depan Fort Rotterdam pada awal pagi.
Melihat model dr.Abdul Karim membuat pelampung yang sedikit lucu, istri saya pun menimpali.
“Boleh juga pakai jerigen kosong,” katanya.
“Wah…jadinya jerigen ‘ngikut’ terus dong ke mana pun yang mengikatkan pada tubuhnya berenang,” saya membatin.
Air yang tenang dan jernih membuat para pengunjung Gustal selalu kreatif berinovasi menciptakan alat bantu mereka saat berendam. Meskipun pengunjung banyak, tidak membuat air itu keruh. Tetap saja berwarna biru. Juga tidak bergelombang besar saat pada pagi hari. Terkecuali saat hujan turun dan disertai angin.