Ibu Hamil Diingatkan Kontrol Makan Hati

NusantaraInsight, Health — Ibu hamil diingatkan agar mengontrol konsumsi hati sebagai sumber zat besi pada awal kehamilan karena hati memiliki kandungan vitamin A sangat tinggi

Hal tersebut disampaikan Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan Prof Noroyono Wibowo, seperti dilansir dari Media Indonesia, Jumat (1/3/2024).

“Pada ibu hamil, makan hati harus benar-benar dikontrol karena kadar retinoid atau vitamin A-nya sangat tinggi di hati. Kalau vitamin A melebihi ambang batas atas, punya risiko memberi kemungkinan cacat pada janinnya kalau di awal kehamilan,” kata dokter yang berpraktik di RSUP Nasional dr Cipto Mangunkusumo.

Hati, baik hati sapi maupun kambing. menjadi sumber yang memiliki kandungan zat besi lebih tinggi dari daging merah.

Selain pada daging merah dan hati, ibu hamil juga bisa melengkapi asupan besi dengan makan makanan seimbang yang terdiri dari karbohidrat, protein, sayur maupun kacang-kacangan agar terhindar dari anemia akibat kekurangan zat besi atau defisiensi besi.

“Ibu hamil kenapa rentan defisiensi besi karena untuk membangun janin itu sendiri membutuhkan besi. Sekarang, kan, nutrisi tidak hanya banyak-banyakan, tapi, seimbang. Jadi, dia juga membutuhkan karbohidrat, protein, lemak, dia juga membutuhkan mineral dan vitamin. Nggak bisa hanya sayur,” kata Noroyono.

BACA JUGA:  Ternyata Puasa Dapat Mencegah Penuaan Dini

Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018, ungkap Noroyono, angka anemia pada kehamilan mencapai 48,9% dan 60%-70% penyebab anemia adalah defisiensi besi. Gejala awal yang bisa diwaspadai pada ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi besi adalah lebih lemas, dan reaksi pada otak yang melambat, adalah beberapa kemungkinan terjadinya anemia.

Jika ada tanda dan gejala itu, Noroyono menyarankan untuk dibuktikan dengan pemeriksaan kadar hemoglobin.

Zat besi, selain digunakan untuk membentuk eritrosit (sel darah merah) dalam hemoglobin, juga dipakai untuk membuat tenaga. Zat besi sendiri adalah salah satu bahan untuk membentuk neurotransmitter seperti serotonin, zat yang dipakai untuk berpikir dan bereaksi.

Noroyono mengatakan risiko jika ibu hamil kekurangan zat besi dapat memengaruhi pertumbuhan besar atau kecilnya janin karena zat tersebut juga berhubungan dengan bahan pembentukan tiroid.

Kadar zat besi dalam darah juga dibutuhkan untuk mengikat oksigen dan karbon dioksida yang diperlukan untuk oksigen pada janin.

“Besi berhubungan dengan pembentukan tenaga, besi berhubungan dengan pembentukan neurotransmitter untuk saraf. Besi juga berhubungan dengan tiroid dan paratiroid maka berhubungan juga dengan insulin atau untuk tumbuh kembang bayi. Jadi, kekurangan besi dampaknya banyak sekali,” jelasnya.

BACA JUGA:  Jangan Salah, ini Perbedaan Asam Folat dan Asam Sulfat

Kekurangan zat besi juga bisa memengaruhi post partum atau masa setelah kehamilan. Saat persalinan, perempuan yang kekurangan zat besi tidak memiliki banyak tenaga sehingga proses akan lebih panjang.

Kekurangan zat besi juga menimbulkan risiko perdarahan karena kontraksi rahim tidak memadai. Perdarahan yang sangat banyak saat persalinan bisa menyebabkan kematian.

Noroyono mengimbau perempuan yang sedang hami trimester pertama perlu memeriksakan diri apakah ada kemungkinan anemia melalui pemeriksaan darah perifer lengkap (DPL).

Pemeriksaan itu meliputi hemoglobin, hematokrit, lekosit, trombosit dan pemeriksaan faktor nutrisi lainnya agar tercipta kehamilan yang baik dan janin dapat tumbuh sehat.